REPUBLIKA.CO.ID,KLATEN--Pengungsi Klaten yang tercatat telah mencapai 4.621 warga dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) III terpaksa menggunakan ruang kelas gedung sekolah di sekitar lokasi pengungsian. Pasalnya, tenda yang disiapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat dalam kondisi gelap karena belum berlistrik.
Di tiga titik lokasi pengungsian yakni lapangan di Desa Bawukan, Desa Dompol, dan Desa Keputran, Kecamatan Kemalang, sebenarnya telah didirikan 5 hingga 7 tenda ukuran perleto. Namun, tenda tersebut justru hanya difungsikan untuk meletakkan logistik kebutuhan pengungsi. Sementara para pengungsi berjubel di ruang-ruang kelas gedung sekolah.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Ronny Roekmito, warga terpaksa diungsikan ke ruang-ruang kelas untuk mengantisipasi kondisi cuaca. Diterangkannya, cuaca seringkali hujan sehingga tenda dinilai tidak cukup aman bagi warga. “Dari kemarin (26/10), warga kita ungsikan ke ruang-ruang kelas dan Balaidesa setempat. Ini untuk mengantisipasi saat hujan, becek, “ ungkapnya kepada Republika, Rabu (27/10).
Untuk menjaga kesehatan warga, Ronny mengatakan pihaknya akan memisahkan warga yang termasuk ke dalam kelompok rentan. Mereka akan mendiami ruang kelas khusus. “Kita akan pisahkan kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, dan balita. Jadi nanti ada ruang khusus untuk lansia, tapi tergantung penduduknya, mau dipisahkan apa tidak, “ ujarnya.
Sementara itu, Camat Kemalang, Suradi mengungkapkan pihaknya mengkhawatirkan kesehatan warga jika dipaksakan tidur di tenda. Terlebih, pada hari pertama pengungsian kemarin, tenda belum dilengkapi penerangan yang memadai. “Kalau di ruang kelas akan lebih baik, setidaknya bisa menghalau dingin, “ ungkapnya.
Meski demikian, ruang kelas yang tersedia ternyata masih jauh dari mencukupi dengan jumlah pengungsi mencapai 4.621 jiwa dan asumsi setiap kelas dihuni 30 orang. Sementara ruang kelas yang tersedia total hanya 15 ruang dan ditambah ruang kantor pemerintahan setempat.
Kondisi pengungsian yang kurang layak tersebut disesalkan Bupati Klaten, Sunarno dalam kunjungan keduanya ke lokasi pengungsian, Rabu kemarin. Dia kemudian menginstruksikan kepada jajarannya untuk lebih menata keberadaan pengungsian. “Tenda-tendanya memang belum terisi. Nanti kita buat yang lebih baik, berikut MCK nya,”kata dia, kemarin.
Berpindahnya warga ke ruang kelas tersebut, memaksa siswa berpindah tempat untuk proses belajar mengajar pada Rabu kemarin. Kepala Sekolah SD Bawukan I, Sumarjo mengatakan, semua peserta didiknya harus menggunakan tenda pengungsian dan rumah warga untuk untuk Kegioatan Belajar Mengajar (KBM) karena seluruh ruang kelas di SD nya penuh pengungsi. “Warga Desa Balerante semua ke sini, jadi KBM pindah,”ujarnya.