Jumat 03 Dec 2010 07:06 WIB

Intelijen Korea Selatan Dikecam

REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL--Politisi Korsel, Kamis (2/12) mengecam sikap pemerintahnya yang dinilai lalai memberikan laporan intelijen sejak Agustus lalu hingga menyebabkan terjadinya aksi penyerangan Korut terhadap pulau Yeonpyeng yang terletak di perbatasan kedua negara.

Pimpinan lembaga intelijen Korsel, Won Sei-hoon secara mengejutkan mengakui kelemahan intelijen Korsel sepekan setelah terjadinya insiden penyerangan artileri Korut tersebut. Dalam sebuah wawancara dengan sejumlah politisi Korsel, Won mengakui Korsel berhasil mengetahui komunikasi militer Korut Agustus lalu yang menunjukkan rencana penyerangan Korut atas Yeonpyeong dan pulau garis depan lainnya. Namun, Won tidak menyangka serangan akan ditujukan ke wilayah sipil yang akan menjadi target selanjutnya dari Korut.

Partai Liberal Demokratik (LDP) menilai pemerintah telah lalai mengatasi serangan artileri Korut meski memiliki intelijen dalam mengantisipasi datangnya serangan. ''Sistem intelijen negara ini tidak berfungsi dengan baik,'' kata Jun Byung-hun tokoh partai LDP.

Lembaga intelijen nasional tidak bersedia memberikan komentar terkait hal tersebut. ''Ini jelas kelalaian dari tugas lembaga militer dan intelijen untuk mengantisipasinya. Sistem keamanan nasional tampak tidak terkendali dengan baik,'' kata Munhwa Ilbo, surat kabar konservatif dalam tulisan editorialnya.

Kastaf Gabungan Korsel mencoba untuk meredakan ketegangan akibat pernyataan Won tersebut dengan menyatakan informasi intelijen yang diperoleh menyebutkan Korut telah memerintahkan pasukannya untuk membalas serangan artileri saat Korsel menggelar latihan penembakan artileri.

Namun, penjelasan itu tidak mampu meredakan kemarahan politisi Korsel yang juga menuding kelemahan Presiden Lee Myung-bak dalam menghadapi Korut. ''Pemerintah dan partai berkuasa hanya berani menentang Korut secara retorika. Tapi mereka tidak mampu mengantisipasinya,'' kata Jun.

Park Jie-won, politisi Korsel menyatakan meski negaranya memiliki senjata terbaik di dunia, Korsel tidak bisa menjamin keamanan nasionalnya karena militer dan intelijen tidak mampu menganalisa informasi yang masuk.

Won Sei-hoon juga mengakui kemungkinan Korut kembali melakukan serangan ke Korsel. Serangan Korut pekan silam diyakini sebagai jalan keluar akibat kekecewaan atau ketidakpuasan atas transformasi kekuasaan dari Kim Jong il ke putranya, Kim Jong Un.

Hal serupa juga disampaikan Atsuhito Isozaki, pakar Korut di Universitas Keio.

''Serangan artileri itu sebagai bagian dari upaya Korut untuk mendongkrak status Kim Jong-Un. Dia masih terlalu muda dan tidak memiliki mandat dari kalangan militer, tapi memiliki bintang empat. Korut harus melakukan sesuatu untuk menunjukkan kelasnya,'' kata Isozaki.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement