Selasa 21 Dec 2010 05:51 WIB

Busyet, Ariel Peterpan Diteriaki 'Najis'

Cut Tari, Ariel Peterpan dan Luna Maya
Cut Tari, Ariel Peterpan dan Luna Maya

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Sama seperti sebelumnya, sidang Nazriel Irham alias Ariel kerap diramaikan ormas Islam. Unjuk rasa pun digelar, yang tidak lain untuk mengutuk 'aksi cabul' vokalis Peterpan dengan dua artis papan atas, Luna Maya dan Cut Tari dalam balutan video pornonya.

Seperti pada lanjutan sidang yang digelar Pengadilan Negeri (PN ) Bandung, Senin (20/12), massa dari Aliansi Masyarakat Penolak Iblis Pornografi (Ampibi) dan Gerakan Masyarakat Gantung Penzinah (Gergazi), tidak hanya menggelar unjuk rasa. Tetapi berbagai celotehan dan makian pun terlontar dari mulut para ormas tersebut. Salah satunya adalah yang meneriaki Ariel peterpan 'Najis'.

"Ariel-Ariel najis-najis," kata para puluhan massa Ampibi dan Gergaji saat menggelar aksi unjuk rasa, pada sidang ke-6 kasus video porno Ariel Peterpan. Dalam aksinya tersebut, massa juga menaiki pagar Gedung PN Bandung sambil membentangkan poster dan spanduk bernada kecaman pada terdakwa seperti 'Satu Kata Untuk Penjara' dan 'Rajam si Ariel'.

Massa meminta kepada majelis hakim agar menjatuhkan hukum seberat-beratnya kepada vokalis Peterpan tersebut karena dianggap telah merusak moral bangsa. "Jangankan bertobat, sampai hari ini pun si Ariel itu tidak pernah mengaku kalau dia berzinah. Makanya kami akan terus menggelar aksi," kata salah seorang peserta aksi, Asep, saat menggelar orasi.

Aksi ini mendapatkan pengawalan ketat dari aparat kepolisian karena dalam aksi sebelumnya, massa Ampibi dan Gerjazi sempat bersitegangan dan nyaris ricuh. Kericuhan tersebut terjadi karena bambu yang digunakan untuk mengibarkan bendera massa mengenai salah seorang polisi.

    

Dalam sidang keenam kasus video porno yang melibatkan Ariel, Luna Maya dan Cut Tari ini mengagendakan keterangan saksi-saksi dari Luna Maya, Reza Rizaldy (terdakwa RJ atau Red Joy), Sarah Amalia, Riko.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement