REPUBLIKA.CO.ID,JUBA--Kaum wanita Sudan Selatan pada Senin, hari kedua referendum penentuan nasib Sudan Selatan, tampak bersuka ria saat antri untuk pencoblosan. "Kami menang, Sudan Selatan merdeka," teriak para wanita itu ketika mengetahui sejumlah wartawan membidikkan kemera ke arah mereka di tempat pemungutan suara (TPS) di distrik New Sudan, pusat kota Juba.
Wartawan ANTARA Munawar S. Makiyanie melaporkan kaum wanita tercatat sebagai pemilih terbanyak atau sekitar 56 persen dari total 1,9 juta pemilik hak suara yang terdaftar dalam referendum bersejarah itu. Para wanita itu antusias antri lebih dari sejam sebelum TPS tersebut resmi dibuka pada pukul 8.00 waktu setempat.
Suasana antusiame warga pengguna hak suara pada hari kedua ini serupa dengan hari pertama referendum. Namun, hari kedua ini agak sedikit sepi menjelang siang hari. Pada hari pertama, misalnya, masih terlihat banyak warga yang antri di sejumlah TPS, namun belum dapat mencoblos karena TPS harus ditutup tepat pukul 17.00.
Filip (23), seorang pengojek warga setempat yang mengantar wartawan ANTARA ke sejumlah TPS referendum di ibu kota Sudan Selatan memiliki alasan unik mengapa wanita mendominasi pemilik hak suara. "Kebanyakan wanita di sini berstatus janda di tinggal suami yang tewas di medan perang," kata Filip yang mengaku ibunya juga seorang janda ditinggal ayahnya.
"Ayah saya gugur di medan pertempuran yang berperang bersama Pahlawan John Garang melawan tentara pemerintah," katanya merujuk pada perang saudara yang melanda wilayah itu lebih dari dua dekade. Sudan Selatan diberi hak untuk menggelar referendum menyusul kesepakatan perdamaian dengan Khartoum yang ditandatangani pada 2005 untuk mengakhiri perang saudara selama 22 tahun sejak 1983.
Referendum yang dimulai pada Ahad (9/1) itu akan berlangsung selama sepekan hingga 15 Januari 2011. Hasil referendum direncanakan akan diumumkan tiga pekan setelah 15 Januari, atau sekitar awal Februari.
Sejumlah analis politik memperkirakan referendum ini akan menghasilkan pemecahan Sudan menjadi dua negara. Biro Referendum Sudan Selatan di Juba, Senin, mengatakan lebih dari 20 ribu pengamat asing memantau jalannya referendum tersebut, dan lebih lebih dari 1.000 wartawan asing meliput perhelatan bersejarah tersebut.