REPUBLIKA.CO.ID,Konten pornografi menjadi isu seksi dalam kontroversi pemblokiran layanan alat komunikasi mobile Blackberry, yang tengah digandrungi dan menjadi bagian gaya hidup jutaan warga menengah ke atas di Indonesia. Kalangan pakar teknologi informasi 'mencibir' pemerintah dengan menganggap ancaman pemblokiran dengan alasan konten pornografi, atau penyadapan terhadap cybercrime, sebagai langkah naif.
Tapi, di balik isu yang mencuat itu, pemerintah sebenarnya mengincar kue bisnis, investasi, dan pajak cukup besar jika Research in Motion (RIM) yang berbasis di Kanada, mau dipaksa menanamkan server dan membuka kantor layanan Blackberry-nya di Indonesia.
Berikut wawancara Republika dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, mengenai ancaman pemblokiran ini:
Bagaimana sebenarnya soal rencana pemblokiran Blackberry?
Jadi, jumlah pelanggan Blackberry di Indonesia itu dua juta, itu yang resmi. Yang satu juta lagi blackmarket, jadi total tiga juta. Tiga juta dikali tarif tujuh dolar (AS) per pelanggan itu. Kita kan bayar Rp 120 ribu per bulan, nah itu tujuh dolarnya buat RIM, sisanya itu untuk operator, dan operator bayar pajak, dapatnya lebih sedikit.
Jadi, tiga juta dikali tujuh dolar, 21 ya, dikali Rp 9.000. Karena dolar, itu saya hitung-hitung Rp 189 miliar per bulan uang Indonesia yang dikeruk oleh RIM atau sekitar Rp 2,3 triliun per tahun, catat nih! Tanpa dia bayar pajak sepeser pun kepada kita, tanpa dia bangun infrastruktur apapun di sini, tanpa dia bangun jaringan apapun di Indonesia.
Kemudian, RIM itu bikin sistemnya di Waterloo, Kanada, dan semua operator di seluruh dunia diminta menghubungi mereka. Nah, karena trend maka semua operator mau, setuju. Di Indonesia setiap operator mengenakan biaya Rp 120-150 ribu per bulan kepada pelanggan, dan tujuh dolar itu otomatis ke mereka (RIM) tanpa mereka membangun apapun di sini.
Kita minta dari awal, waktu dulu zaman Pak Nuh (mantan Menkominfo), kita minta ada service center di sini karena barang itu tidak bisa diperbaiki, kalau rusak harus pergi ke Singapura. Akhirnya, di masa (jabatan) saya, saya minta beberapa poin, bukan hanya itu (soal pornografi).
Pertama, agar RIM membuka kantor perwakilan di Indonesia, sebab pelanggannya sudah 1,5 juta. Saya minta supaya kalau ada orang komplain atau apa, tertangani. Kedua, agar RIM itu menyerap tenaga kerja di Indonesia. Ketiga, membuka service center di Indonesia, sehingga bisa menyerap tenaga kerja, terus ada lapangan bisnis juga.
Keempat, supaya RIM itu menggunakan konten lokal, software misalnya, aplikasi dan sebagainya. Kelima, agar dia memblokir situs pornografi sebagaimana seluruh operator di Indonesia sudah melakukan pemblokiran sejak awal Ramadhan terhadap situs pornografi. Yes, ada yang lolos satu dua, tapi itu masalah teknologi. Keenam, agar RIM itu membuka server di Indonesia sesuai ketentuan UU No 11/2008 tentang ITE.
Ok lah kalau dia mau membuka repeater saja di sini, agar aparat penegak hukum Indonesia bisa melakukan suatu pelacakan atau penyelidikan terhadap tersangka kejahatan di Indonesia, khususnya korupsi. Nah, itu yang kita minta.
Rupanya kawan kita (RIM) ini agak ulur-ulur waktu begitu, buying time. Soal pornografi saja salah satu contoh, memang dia ya sudah buka kantor, tapi hari ini mereka masih libur, katanya libur Tahun Baru, tapi kita sudah masuk kerja semua, masa Tahun Baru?
Jadi, diulur-ulur, makanya saya kasih peringatan, kita kasih batas waktu, dua pekan kalau tidak selesai, kalian saya tutup. Itu kewenangan kita karena mereka melanggar undang-undang. Toh, pihak-pihak lain di awal Ramadhan sudah melakukan suatu blocking terhadap situs-situs pornografi.
Sudah ada tanggapan dari RIM?
Belum ada tertulis. Tapi berita-berita yang saya baca di beberapa media, RIM akan segera memenuhi komitmennya. Saya bilang so do it, lakukan! Jangan ngomong saja dari dulu.
Komitmen sudah dari dulu. Kemudian, saya baca The Guardian di London, Indonesia bikin sejarah katanya, karena baru pertama kali RIM ini mau memfilter kontennya.
Apakah RIM akan menanggapi?
Saya rasa dengan angka Rp 2,3 triliun (pendapatan RIM di Indonesia per tahun) itu dia akan mikir. Itu keuntungan dia dapat terbesar dari Indonesia, mereka tanpa bayar apa-apa, pajak tidak bayar, kantor juga jangan-jangan masih mengontrak.
Apa sama kasusnya dengan permintaan Arab Saudi dan India kepad RIM?
Saya kurang tahu persoalan mereka, tapi intinya mereka untuk masalah keamanan nasional. Tapi memang ada suatu pernyataan dari petinggi di India bahwa teroris Mumbai itu menggunakan komunikasi melalui RIM Blackberry.
Permintaan kita ini ada tujuannya untuk menangani masalah hokum, seperti menyadap koruptor yang menggunakan Blackberry?
Repeater itu tadi. Jadi bukan membongkar database ya, tapi kalau ada tersangka aparat hukum ingin mencari tahu dia bisa melacaknya di situ, istilahnya tapping. Sesuai UU ITE kita minta bukan hanya itu, bank internasional juga, perusahaan telekomunikasi internasional juga, biar kita bisa tapping di sini.
Penggunaan repeater itu sudah dimulai?
Belum. Pornografi belum. Coba buka saja BB-nya, masih.
Jadi, permintaan Indonesia itu tidak soal pornografi saja ya?
Tidak. Saya bilang bahwa Anda boleh berbisnis di sini, tapi Anda harus hormati dan jalankan hukum di Indonesia, harus dihormati, Anda dapat keuntungan besar.
Kalau RIM punya kantor di sini kita bisa menarik pajak?
Kalau mereka di sini, kalau ada apa-apa kan pelanggan bisa protes, bisa klaim, dan seterusnya. Servis pelayanan pelanggan dong. Masak dia jualan barang di sini, orangnya tidak tahu di mana keberadaanya. Kalau orang merasa dirugikan atau apa ke siapa ngomong-nya.
Apakah penarikan pajak salah satu tujuan pemerintah juga?
Sekarang sebenarnya kita belum punya celah bagaimana menariknya. Jadi, komponen Rp 120 ribu itu (biaya berlangganan Blacberry) tujuh dolar untuk mereka, berarti kan Rp 63 ribu ya, sisa Rp 57 ribu, nah Rp 57 ribu inilah yang diambil oleh operator di Indonesia. Misalnya, Telkomsel dia dapat Rp 57 ribu, tapi Rp 57 ribu ini harus dipotong untuk pajak, harus dipotong biaya jaringannya, biaya pegawainya, terus pelayanannya,dan sebagainya. Jangan kita dikasi kue kecil sama RIM, dibilang ngebelain asing, gimana ini, saya ini ngebelain kalian.
Jadi, kalau RIM di sini ada peluang pemasukan ke negara?
Yang pertama pelayanan dulu deh, kalau pemasukan kita ambil dari operator yang menyediakan layanan di sini. Itu soal pemasukan (urusan) Menteri Keuangan. Tapi selama ini sih tidak dapat apa-apa, karena bangun jaringan saja tidak.
Apakah artinya RIM harus menjadi investor baru untuk mendirikan kantor di Indonesia?
Mungkin investasinya tak terlalu besar, mereka tidak perlu izin lagi, langsung operasi, cuma di service center kemudian dia melayani orang. Mungkin untuk sewa tempat dia harus investasi, tapi kecil. Dia harus merekrut pegawai di sini, menyelesaikan PR kita ini, pemerintah tak dapat apa-apa.
Bagaimana kalau pengguna Blackberry resisten jika RIM diblokir?
Saya tidak yakin. RIM sudah menyatakan akan memenuhi seluruh peraturan. Saya ngomong seperti ini berisiko loh. Kalau RIM menunda-nunda, harga sahamnya akan jatuh. Karena Indonesia pelanggan terbesar, patuhi saja. Anda dapat keuntungan, selesai. Jadi, biasa-biasa sajalah, kita tak mau merugikan siapa-siapa, jangan bikin ulah, semua orang harus taati itu, itu undang-undang.