REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Langkah pemakzulan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai tidak akan mudah. Menurut CEO Polmark Institute, Eep Saefulloh Fatah, presiden SBY tak akan jatuh di tahun ini jika tak terjadi suatu krisis ekonomi yang besar.
"SBY tidak akan jatuh kecuali terjadi krisis ekonomi dan finansial yang tidak terkelola sebelum pertengahan tahun,” kata Eep, dalam konferensi pers Polmark di Hotel Century, Kamis (20/1). Jangka waktu sebelum pertengahan tahun itu ditetapkan karena jika tidak ada suatu sebab mendadak, maka presiden pun tak akan jatuh dari kedudukannya. Namun, tambahnya, jika terjadi krisis setelah pertengahan tahun pun presiden baru akan jatuh pada 2012.
Ia mengakui putusan Mahkamah Konstitusi mengenai batasan minimum dukungan anggota DPR untuk pengajuan permintaan pemberhentian presiden kepada MK yang dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR dapat mempermudah pengajuan pemakzulan. Namun, ujar Eep, untuk menuju pemakzulan masih memerlukan proses panjang.
Menurutnya, setidaknya ada empat faktor yang dapat memicu pemakzulan, yaitu adanya skandal di kepresidenan yang begitu besar sehingga masyarakat sepakat tidak ada maaf , adanya resistensi formal dari legislatif, adanya gerakan sosial di luar lembaga formal yang kepentingannya bertemu dengan legislatif yang mendobrak oposisi dengan kepresidenan, dan keresahan publik meluas yang menyebabkan publik sudah kehilangan kesabaran. “Kalau empat faktor ini tidak dikelola maka tidak akan efektif pemakzulan. Rapat yang dilakukan oposisi hanya jadi studi oposisi politik saja,” tukas Eep.