REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene mengatakan bahwa 120 warga negara Indonesia yang berada di Tunisia dalam keadaan selamat seiring pulihnya situasi keamanan pasca penggulingan presiden Zine El Abidine Ben Ali. Berdasarkan laporan KBRI Tunis yang diterima Kemlu, ada 120 WNI di Tunisia, kata Michael saat jumpa pers rutin Kemlu pada Jumat (21/1) di Jakarta.
Sebanyak 37 dari mereka berada di Wisma Indonesia yang merupakan kediaman Dubes RI, 22 orang di KBRI, 17 di rumah diplomat, serta satu orang berada di rumah sakit karena memang mengidap penyakit yang tidak ada kaitan dengan insiden Tunisia, tambahnya memberikan rincian. "Ada 43 WNI yang bertahan di kediaman masing-masing, namun mereka tidak berada di daerah rawan dan terus mendapat pengawasan dari KBRI," ujarnya.
Michael juga mengatakan bahwa laporan terakhir tentang dua WNI yang sebelumnya bekerja di Istana dan terjebak sudah dijemput oleh KBRI, sehingga dipastikan dalam keadaan aman. Dua orang WNI tersebut akhirnya dapat keluar dari Istana setelah dilakukan koordinasi secara intensif antara KBRI Tunis, Kementerian Luar Negeri Tunisia dan Keamanan Istana Kepresidenan.
Pemerintah sementara Tunisia pada Kamis telah mengumumkan masa berkabung tiga hari sejak Jumat, dan menyita sejumlah aset dari mantan presiden Ben Ali beserta keluarganya, demikian laporan-laporan media. "Masa berkabung nasional tiga hari akan dimulai besok (Jumat) untuk mengenang korban dalam peristiwa akhir-akhir ini," kata juru bicara pemerintah Taieb Baccouche.
Tunisia mengalami pergolakan politik ketika Ben Ali terpaksa mundur dan melarikan diri ke Arab Saudi menyusul gelombang demonstrasi besar yang disertai aksi membakar diri oleh seorang penjual sayur sebagai simbol protes kemiskinan. Ben Ali, presiden kedua setelah Tunisia merdeka dari Prancis pada 1956, dianggap bertanggung jawab atas kesengsaraan rakyat dan jumlah pengangguran yang tak teratasi. Ia menjabat presiden selama 23 tahun dari 7 November 1987 hingga 14 Januari 2011.