Rabu 02 Feb 2011 22:34 WIB

Dua Wanita Kakak-Beradik Ditembak Mati di Kashmir India

REPUBLIKA.CO.ID,SRINAGAR--Tersangka pejuang Kashmir menembak mati dua wanita bersaudara di Kashmir kelolaan India dalam tindakan yang kemungkinan serangan besar pertama mereka pada tahun ini, kata polisi pada Selasa. Kedua wanita itu tewas di kota Sopore, 55 kilometer di utara kota utama wilayah tersebut, Srinagar, kata polisi Altaf Ahmad kepada kantor berita Prancis AFP, dengan menambahkan bahwa penyebabnya tidak jelas.

"Dua pejuang Lashkar-e-Taiba (LeT) menerobos masuk ke rumah Ghulam Nabi Dar pada Senin malam dan menyeret kedua putrinya, Akhtar dan Arifa, keluar dari rumah mereka sebelum menembak mati mereka," kata petugas itu. Menteri besar wilayah itu, Omar Abdullah, mengutuk pembunuhan, dengan mengatakan kedua bersaudari itu berusia 19 dan 17 tahun.

LeT, kelompok berpusat di Pakistan dan menyasar India, belum menyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. Kelompok keras dikenal membunuh terduga pembisik polisi, sementara pasukan keamanan dituduh oleh kelompok hak asasi manusia melakukan pembunuhan di luar hukum dan bertindak dengan pembiaran.

Kematian itu membuat jumlah yang tewas dalam kekerasan terkait perlawanan di daerah tersebut menjadi enam orang pada Januari, jumlah korban tewas bulanan terendah dalam dua dasawarsa, kata angka polisi. Empat orang lain tewas pada Januari, termasuk dua tersangka pejuang, yang ditembak petugas keamanan, dan dua tentara.

Menurut catatan resmi polisi, jumlah pembunuhan pada tahun lalu turun ke tingkat terendah sepanjang masa, dari 10 tiap hari pada 2001 dan memuncak dengan 13 sehari pada 1996 ketika perlawanan pada puncaknya dengan serangan bom tiap hari dan bakutembak. Sejumlah 375 kematian terkait perlawanan tercatat pada 2010, sama seperti pada 2009 ketika angka itu menjadi yang terendah untuk setahun sejak awal perlawanan pada 1989.

Namun, angka itu tidak termasuk korban tewas dari unjukrasa besar menentang India, yang mengguncang Kashmir untuk musim panas ketiga berturut-turut. Sekitar 117 orang tewas, kebanyakan ditembak polisi dan pasukan paramiliter, dalam unjukrasa menentang pemerintahan India di wilayah Himalaya berpenduduk sebagian besar Muslim itu.

Kashmir India, yang sangat militeristik, menjadi tempat perlawanan maut terhadap India dalam dua dasawarsa belakangan. Banyak pengulas menyatakan unjuk rasa terkini itu akibat keputusasaan di kalangan angkatan muda akibat jalan buntu dalam pembicaraan mengenai sengketa kedudukan Kashmir dan pengangguran tinggi.

Pemerintah di New Delhi menyatakan kerusuhan itu ditunggangi "pemberontak dan pegaris keras".

Setiap pembunuhan memicu lingkaran baru kekerasan dan pemerintah negara itu menanggapinya dengan memberlakukan jam malam, sementara pejuang menyeru pemogokan umum, yang secara nyata melumpuhkan daerah itu.

Kashmir, yang dikuasai India, menjadi tempat perlawanan sengit pejuang sejak 1989, yang menewaskan lebih dari 47.000 orang, kata hitungan resmi. Kashmir terbagi antara India dengan Pakistan, yang memerintah bersama, tapi mendakunya secara penuh. Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan, yang berpenduduk Muslim juga.

Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan melancarkan upaya perdamaian, yang bergerak lambat, untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut. Perbatasan nyata memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir, yang mendaku keseluruhan wilayah itu.

sumber : ant/AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement