REPUBLIKA.CO.ID, MUNCHEN - Kanselir Angela Merkel, Sabtu (5/2), menyeru rakyat Mesir untuk bersabar dan mengatakan bahwa perubahan rezim harus diatur dengan sungguh-sungguh. Seruan itu ia ungkapkan merujuk pada pengalaman pribadinya dalam reunifikasi Jerman pada 1990.
"Akan ada perubahan di Mesir, dan tentu saja harus melalui cara yang damai dan masuk akal," kata Merkel dalam pidatonya pada Konferensi Keamanan Munchen. Merkel mengatakan bahwa ketika Tembok Berlin diruntuhkan dalam pemberontakan damai pada bulan November 1989, warga di Jerman Timur yang komunis --tempat ia dibesarkan-- tidak sabar untuk bersatu dengan Jerman Barat.
"Meskipun ini tidak secara langsung sebanding (dengan Mesir), kami tidak ingin menunggu satu hari lagi," kata Merkel. "Kami ingin memiliki segera. Kami tidak ingin menunggu sampai reunifikasi Jerman terjadi."
"Tapi ketika itu terjadi pada Oktober (1990) dan kami melihat skala transisi yang diperlukan kami cukup senang bahwa beberapa orang telah mempersiapkan hal-hal dengan benar," katanya.
Dia menambahkan, "Ini berarti perubahan dapat diatur, dan kami Uni Eropa, seperti dikatakan kemarin (Jumat), ingin dapat membantu mengatur pengaturan itu (di Mesir)."
Pada pertemuan puncak di Brussels, 27 pemerintah Uni Eropa mengatakan "proses transisi Mesir harus dimulai sekarang" dan mengeluarkan ancaman terselubung untuk menangguhkan bantuan.
Presiden Mesir Hosni Mubarak bersikukuh tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengundurkan diri, Sabtu, setelah protes "hari keberangkatan" dengan jutaan orang menentang kekuasaannya yang telah berlangsung 30 tahun. Mubarak juga bergeming meski internasional menyeru dia untuk mundur.