REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG - Tim dari Mejelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, melakukan investigasi ke lapangan guna mencari penyebab terjadinya bentrokan antara jamaah Ahmadiyah dengan warga di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang.
"MUI Pusat membentuk tim investigasi beranggotakan sembilan orang, dan sejak beberapa hari ini kami berada di Pandeglang untuk melakukan penelitian penyebab bentrokan Cikeusik," kata Sekretaris Tim Investigasi MUI Pusat, Cholil Nafis di Pandeglang, Jumat.
Tim, kata dia, telah turun ke Cikeusik untuk melihat secara langsung lokasi bentrokan, serta menanyakan pada masyarakat yang melihat kejadian itu. Selain itu, kata dia, tim juga telah bertemu dengan UY yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus bentrokan tersebut, serta keluarga dari jamaah Ahmadiyah.
"Kami juga akan bertemu dengan Suparman alias Parman, yang menjadi pimpinan Ahmadiyah Cikeusik, serta meminta keterangan dari pihak terkait termasuk Kepolisian," ujar Cholil yang juga Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian MUI Pusat itu.
Ia mengaku, meski sudah cukup banyak keterangan yang diperoleh, namun sampai saat ini masih belum bisa membuat kesimpulan. "Nanti kalau semua pihak sudah diminta keterangan, baru kita simpulkan, dan hasilnya akan dijadikan dasar bagi MUI untuk memberi rekomendasi pada pemerintah dalam menyelesaikan masalah Ahmadiyah ini," ujarnya.
Terkait keterangan dari UY, menurut dia, pengakuannya pada tim, sama sekali tidak mengetahui Ahmadiyah.
"UY mengaku tak tahu apa itu Ahmadiyah, dia terlibat bentrokan karena mendapat informasi pamannya bernama Sarta dibacok oleh orang yang berada di rumah Parman, yang kemudian diketahui anggota jamaah Ahmadiyah," katanya.
UY, kata dia, juga mengaku memukul satu orang yang berada di rumah Parman itu, tapi motifnya semata karena kesal sebab pamannya dibacok, jadi bukan karena dia anggota jamaah Ahmadiyah.