Sabtu 12 Feb 2011 02:00 WIB

Analis: Mundurnya Mubarak akan Pengaruhi Peta Politik Timur Tengah

Jutaan warga Kairo berkumpul di Tahrir Square menuntut Presiden Mubarak mundur.
Foto: AP
Jutaan warga Kairo berkumpul di Tahrir Square menuntut Presiden Mubarak mundur.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI - Kurang dari sebulan setelah dunia menyaksikan Tunisia merayakan runtuhnya kediktatoran di negaranya,  sejarah mencatat, Presiden Hosni Mubarak pun ikut terdepak akibat tuntutan tak terbendung rakyatnya.

Kejatuhan Mubarak - salah satu andalan politik Timur Tengah dan kebijakan Barat di kawasan selama hampir tiga dekade - dipandang banyak kalangan akan mengubah peta politik Timur Tengah.

"Mesir akan memiliki dampak, besar besar di negara-negara di sekitarnya," kata Salman Sheik, direktur The Brookings Doha Center di Qatar. "Hal ini bisa terjadi di mana saja. Akibat nyatanya adalah reformasi pasti akan datang di negara dimana rakyatnya merasa tertekan."

Namun, katanya, tak ada jaminan bahwa gelombang reformasi akan di negara lain segera. Sebuah usaha untuk membangkitkan protes serupa Mesir di Suriah awal bulan ini padam oleh pasukan keamanan.

Beberapa negara Timur Tengah belajar banyak dari kasus mesir. Perdana menteri baru Yordania, Marouf Bakhit, misalnya,  berjanji untuk melanjutkan reformasi politik yang dituntut oleh pengunjuk rasa yang memaksa Raja Abdullah II untuk me-reshuffle kabinet. Pekan lalu, Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh - sekutu utama AS lainnya di Timur Tengah selama lebih dari tiga dekade - tunduk pada tekanan dari pemrotes dan mengumumkan ia tidak akan mencalonkan diri  kembali pemilu tahun 2013 dan tidak akan mewariskan kekuasaan kepada anaknya.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement