REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Seberapa lama Hosni Mubarak akan berdiam di Sharm el-Sheikh setelah terguling dari kursi presiden Mesir? Stephen Kinzer, jurnalis pemenang koresponden terbaik dan penulis buku Reset: Iran, Turkey and America's Future menduga, Mubarak akan hidup di pengasingan. Negara mana yang dipilih? "Mungkin antara Arab Saudi, Inggris, atau bahkan Israel," katanya.
Saat rakyat Mesir di tahrir Square merayakan kemunduran dirinya, Mubarak sudah berada di resort pribadinya di tepi pantai Sharm el-Sheikh, di ujung selatan semenanjung Sinai. Ini adalah kota resor paling indah, menawarkan kasino megah dan disko, scuba diving, serta koktail lezat di Four Seasons dan Ritz-Carlton. Hard Rock Cafe juga tak pernah sepi pengunjung di sana.
Hidup selamanya di samping Laut Merah, tidak mungkin menjadi pilihan bagi Mubarak, kata Kinzer. Belum lagi bila angin politik berubah, dia bisa dikejar-kejar untuk alasan korupsi selama 30 tahun memerintah.
Mungkin pilihan lain akan lebih bijaksana. "Seperti Shah Iran yang digulingkan, yang setelah jatuh pada tahun 1979 menjadi miliarder mobile, mendarat pertama di Mesir, di mana Presiden Anwar Sadat hangat menyambutnya, maka Mubarak mungkin akan ke Maroko, Meksiko, Bahama, dan Amerika Serikat, sebelum kembali ke Mesir, di mana ia meninggal," ujarnya.
Mubarak, katanya, perlu mencari tempat yang akan memungkinkan dia untuk hidup dengan baik tanpa khawatir tentang kemungkinan gangguan seperti tuntutan hukum, tuntutan ekstradisi, serangan mafia, atau pembunuh.
Dalam waktu dekat, ia meramal, Mubarak bakal terbang ke Inggris atau Arab Saudi. Keluarga al-Saud, penguasa Arab saudi, memiliki catatan yang menawarkan perlindungan bagi buronan dari berbagai negara. Diktator Uganda Idi Amin pindah ke sana setelah digulingkan pada tahun 1979 dan tinggal sampai kematiannya 24 tahun kemudian. Tamu lainnya termasuk para teroris Palestina Abu Nidal, Perdana Menteri Pakistan yang korup Nawaz Sharif, dan perdana menteri pro-Nazi di Irak, Rashid Aali Al-Jilani, yang melarikan diri ke Berlin setelah dipaksa turun dari kekuasaan pada tahun 1941.
Pilihan Saudi menawarkan beberapa keunggulan, kata Kinzer. Mubarak akan hidup di antara pangeran Saudi, dan aman dari surat perintah penangkapan internasional.
Inggris, kendati merupakan kampung halaman istrinya, dan dia memiliki istana di sana, mungkin tak bakal menjadi sarangnya. "Terlalu gampang ditebak kalau dia pindah ke sana," katanya.
Salah satu pilihan adalah Montenegro kecil, di mana Gamal Mubarak memiliki kepentingan bisnis, termasuk saham besar di telekomunikasi dan perusahaan pariwisata. Salah satu perusahaan sedang membangun sebuah kompleks mewah di Semenanjung Lustica cantik, yang menonjol keluar ke laut Adriatik.