REPUBLIKA.CO.ID,TEL AVIV - Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, menenangkan kecemasan warganya tentang hubungan Mesir-Israel pascatumbangnya rezim Mubarak. "Saya tidak berpikir hubungan antara Israel dan Mesir berada dalam risiko atau yang ada jenis risiko operasional menunggu kita," katanya pada stasiun televisi ABC.
Namun ia menyebut, pemilu dipercepat "sedikit berisiko". ia menyebut "pemenang yang sebenarnya" dari setiap pemilihan jangka pendek, diselenggarakan dalam waktu 90 hari misalnya, akan dimenangkan Ikhwanul Muslimin.
"Biasanya dalam sebuah gerakan yang melibatkan kekerasan, ada letusan sentimen idealis pada saat pertama," katanya "Dan di kemudian hari, lebih cepat daripada nanti, satu-satunya kelompok yang koheren, terfokus, siap untuk membunuh dan dibunuh, jika perlu, akan mengambil alih kekuasaan di Mesir, dan itu harus dihindari. Itu bisa menjadi bencana bagi seluruh wilayah."
Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok payung Islam oposisi yang secara resmi dilarang namun ditoleransi di Mesir, mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya ingin mempromosikan demokrasi tetapi tidak bermaksud untuk masuk dalam pencalonan presiden.
Ditanya apakah ia percaya klaim-klaimnya, Barak mengatakan, "Saya cenderung tidak percaya gerakan radikal Muslim. Saya harus mengakui, untuk yang terbaik dari pemahaman saya, mereka tidak mengajukan, namun mereka selalu dikerahkan untuk mengambil keuntungan dari itu."