REPUBLIKA.CO.ID,MANAMA-Demonstrasi antipemerintah di Bahrain terus menggelar aksi dengan menduduki Bundaran Mutiara di ibu kota Manama, Rabu. Aksi hari ini merupakan aksi hari ketiga, setelah dua hari aksi yang diwarnai kekerasan yang menewaskan sekurangnya dua orang demonstran.
Para demonstran, yang menuntut reformasi politik dan praktik HAM yang lebih baik di negara kerajaan itu, menolak membubarkan diri meski Raja telah meminta maaf atas tewasnya warga akibat tembakan polisi. Permintaan maaf oleh Raja adalah sesuatu yang jarang terjadi.
Seorang koresponden AlJazeera di Bahrain mengatakan ribuan demonstran menguasai Bundaran Mutiara yang merupakan landmark Manama. “Mereka terorganisasi dengan baik, mereka mengatakan akan menjadikan Bundaran Mutiara di Manama layaknya Bundaran Tahrir di Kairo.”
Selain menggelar aksi protes, massa demonstran juga menggelar prosesi pemakaman terhadap seorang demonstran yang tewas dalam protes hari Selasa. “Prosesi pemakaman dimulai dari rumah sakit. Polisi tidak kelihatan,” ujar koresponden AlJazeera yang dirahasiakan identitasnya demi keamanan tersebut. Ia mengatakan polisi membiarkan prosesi pemakaman dilakukan tanpa ada intervensi.
Sehari sebelumnya, Raja Bahrain, Sheikh Hamad bin Isa Al-Khalifa, muncul di televisi menyatakan berduka atas tewasnya dua pengunjuk rasa. Ia mengakan sebuah komite akan menyelidiki insiden tersebut. Ia menambahkan demonstrasi legal diizinkan di negara tersebut.
Nabeel Rajab, presiden Pusat HAM Bahrain, mengatakan pidato raja sudah terlambat. “Rakyat mengharapkan dia keluar dan mengabulkan tuntutan rakyat, namun dia tak berbicara tentang bagaimana dia akan memenuhi tuntutan rakyat. Rakyat tak ingin investigasi atas kematian dua orang itu, rakyat ingin perubahan.”