REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS - Presiden Tunisia yang terguling, Zine El Abidine Ben Ali, dalam keadaan koma di sebuah rumah sakit Arab Saudi setelah menderita stroke, kata seorang teman keluarga pada AFP, Kamis (7/2).
Bekas pemimpin berusia 74 tahun itu jatuh koma "dua hari lalu ketika dirawat di sebuah rumah sakit di Jeddah setelah menderita stroke", menurut teman tersebut. "Kondisinya serius," ujarnya.
Ben Ali dan keluarganya melarikan diri ke Arab Saudi pada 14 Januari lalu setelah pergolakan rakyat yang mengakhiri cengkeraman 23 tahunnya pada kekuasaan di negara Afrika utara itu.
Sebelumnya, seorang jurubicara pemerintah sementara yang menggantikan rezim Ben Ali tidak mau mengkonfirmasi atau membantah laporan-laporan bahwa ia dirawat di rumah sakit.
Surat kabar Tunisia, Le Quotidien, melaporkan sebelumnya Kamis bahwa Ben Ali menderita stroke. Bekas penguasa itu, menurut laporan, juga menderita kanker prostat.
Pembangkang dan wartawan Touafik Ben Brik, yang dipenjarakan pada masa rezim Ben Ali karena tulisan-tulisan yang mengkritik pemerintahannya, mengatakan pada AFP bahwa ia merasa seolah-olah "hampir berduka cita" untuk sang diktator, yang demikian berkuasa atas negara.
"Saya tidak dapat lupa. Ia masih di antara kami, ia bagian dari masa lalu kami dan ia akan hidup selama waktu lama di antara kami."
Penentang lama lainnya, aktivis komunis, Hama Hammami, mengomentari kondisi terakhir Ben Ali dengan pernyataan, "itulah yang terjadi pada semua diktator di dunia".
Berita sakitnya Ben Ali muncul ketika sorotan tajam terhadap meluasnya korupsi di bawah pemerintahannya. Ia dan isterinya, Leila Trabelsi, bersama orang-orang dalam mereka, diduga selama bertahun-tahun telah mengantongi kekayaan yang seharusnya menjadi milik negara.