REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI Perjuangan, Taufiq Kiemas, mengatakan, dirinya tidak tahu-menahu soal tuduhan Wikileaks dan menyarankan untuk menanyakan kepada Sekretaris Jenderal DPP PDIP Tjahjo Kumolo.
"Saya tidak tahu yang dimaksud (Wikileaks), kalau mau tanya lebih baik pada Pak Sekjen, Pak Tjahjo, atau Ketua Bidang Hukum DPP PDIP Bapak Trimedya Panjaitan," katanya kepada wartawan di halaman rumahnya, Jalan Teuku Umar, Jakarta, Jumat.
Ketika didesak wartawan terkait isu Wikileaks, ia menolak untuk berkomentar lebih lanjut. "Jawaban saya cukup saya kira ya, cukup-cukup," kata Taufik Kiemas seraya masuk kembali ke dalam rumahnya.
Sebelumnya media cetak Australia "The Age" mengutip Wikileaks mengatakan, Taufik kiemas diduga ikut menikmati keuntungan sejumlah proyek bernilai miliaran dolar, termasuk Jakarta Outer Ring Road.
Menurut Wikileaks, dalam laporan-laporan diplomatik AS tersebut menyebutkan, segera setelah menjadi presiden pada tahun 2004, Yudhoyono mengintervensi kasus Taufiq Kiemas, suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Yudhoyono dilaporkan telah meminta Hendarman Supandji, waktu itu Jaksa Agung Tindak Pidana Khusus, menghentikan upaya penuntutan terhadap Taufiq Kiemas untuk apa yang para diplomat AS gambarkan sebagai "korupsi selama masa jabatan istrinya".
Di tempat terpisah, Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa membantah keras berita dalam dua surat kabar harian Australia "The Age" dan "Sydney Morning Herald" yang bersumber pada bocoran kawat diplomatik Wikileaks.
"Indonesia membantah keras semua informasi yang ada dalam pemberitaan dan menyatakan berita itu tersebut sebagai hal yang tidak berdasar, tanpa kebenaran," kata Marty dalam jumpa pers pada Jumat di Jakarta.
Pemerintah juga telah mengirim surat protes kepada pemerintah AS terkait hal ini.
Sedangkan Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi menyatakan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia harus meminta maaf, terkait dokumen nota diplomasi yang bocor melalui Wikileaks dan dimuat oleh dua media cetak Australia, "The Age" dan "Sydney Morning Herald".
"Jelas kita minta terutama kepada AS untuk betul-betul minta maaf, dan ini Menteri Luar Negeri juga sudah memanggil Dubes AS terkait dengan itu," ujarnya.