REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK - Menanggapi kasus Wikileaks yang menuding Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyalahgunakan kekuasaannya, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) meminta masyarakat agar berhati-hati menanggapinya. Ia menilai, ada orang lain yang ingin mengadu domba dengan menyebarkan berita yang ditulis dua harian Australia The Age dan Sydney Morning Herald.
"Di luar sana, ada orang lain yang ingin menjelek-jelekkan bangsa kita. Isi dari Wikileaks itu pada umumnya adalah propaganda, provokasi, supaya masyarakat dunia menggunjingkan pemerintahan kita dan menganggap bahwa pemerintah ini tidak benar." katanya seusai acara Perang Melawan Narkoba di kantor Badan Pengembangan Sumbar Daya Manusia di Depok, Selasa (15/3).
Ia meminta ini agar masyarakat menumbuhkan jiwa nasionalisme dan tidak menanggapi isi dari Wikileask tersebut. "Udah tahu kalau isinya tidak benar, kok. Jadi kita harus hati-hati dan tumbuhkan jiwa nasionalisme. Saat ini ada yang sedang menjelek-jelekkan kita." pungkasnya.
Kawat-kawat diplomatik tersebut, yang diberikan WikiLeaks khusus untuk The Age, antara lain menyebutkan, Yudhoyono secara pribadi telah campur tangan untuk memengaruhi jaksa dan hakim demi melindungi tokoh-tokoh politik korup dan menekan musuh-musuhnya serta menggunakan badan intelijen negara demi memata-matai saingan politik dan, setidaknya, seorang menteri senior dalam pemerintahannya sendiri.
Laporan-laporan diplomatik AS tersebut juga menyebutkan, segera setelah menjadi presiden pada tahun 2004, Yudhoyono mengintervensi kasus Taufiq Kiemas, suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Yudhoyono dilaporkan telah meminta Hendarman Supandji, waktu itu Jaksa Agung Tindak Pidana Khusus, menghentikan upaya penuntutan terhadap Taufiq Kiemas untuk apa yang para diplomat AS gambarkan sebagai "korupsi selama masa jabatan istrinya".