Selasa 15 Mar 2011 17:41 WIB

Qaddafi: Pemberontakan Itu Sia-Sia

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Gaddafi
Foto: times.am
Gaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA - Pemimpin Libya Moamer Qaddafi mengatakan pemberontakan terhadap pemerintahannya adalah "sia-sia", dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan pada Selasa (15/3). Ia menambahkan bahwa merasa "dikhianati" oleh mantan sekutunya, Perdana Menteri Silvio

Berlusconi.

Para pemberontak "tidak memiliki pengharapan, sekarang mereka kehilangan makna, sia-sia," kata Qaddafi dalam sebuah wawancara dengan harian Italia Il Giornale. Kini pasukannya membuat kemajuan besar di wilayah yang sebelumnya dikuasai pemberontak di Libya timur.

Para pemberontak memiliki "dua pilihan, menyerah atau melarikan diri," katanya. Ia menambahkan, "Teroris ini menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia termasuk perempuan."

"Jika mereka menyerah kita tidak akan membunuh mereka," lanjutnya. Qaddafi yang juga mengesampingkan mediasi apapun dengan para pemberontak, berkata: "Hal yang mustahil untuk bernegosiasi dengan teroris yang terkait dengan Osama Bin Laden."

"Mereka sendiri tidak percaya pada dialog," katanya. Masyarakat internasional "tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di Libya. Orang-orang yang dengan saya, sisanya adalah propaganda," lanjutnya.

Dia mengatakan penduduk Benghazi "takut pada orang-orang ini dan kita harus membebaskan mereka," katanya. "Orang-orang yang meminta kami untuk campur tangan."

Qaddafi mengatakan ia kecewa oleh Italia, mantan penguasa kolonial Libya dan mitra dagang utama, yang berpihak pada masyarakat internasional.

"Saya sangat terkejut. Saya merasa dikhianati," katanya. "Rakyat Libya harus memeriksa kembali ekonomi dan keuangan dan

keamanan hubungan dengan Barat," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement