REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU--Sedikitnya 4.500 ekor ayam di Bengkulu mati mendadak dalam dua bulan terakhir ini. Kematian ribuan unggas itu diduga disebabkan terserang flu burung atau virus H5N1.
Koordinator pengendalian penyakit flu burung wilayah Bengkulu Emran kuswadi, Sabtu (7/8), mengatakan, kasus ayam mati secara mendadak di daerah ini sebagian akibat terjangkit virus flu burung H5N1. Virus tersebut telah mengakibatkan unggas milik masyarakat di beberapa daerah kabupaten/kota mati dalam waktu satu bulan ini sebanyak 559 ekor fositif akibat flu burung.
Ia mengatakan ayam sebanyak itu terdapat di Kabupaten Kepahiang, Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu telah dilakukan pemusnahan dan pengendalian melalui tindakan penyemprotan dan focal culling. Sementara kasus ayam mati mendadak sebanyak 4.000 ekor pada dua bulan lalu yang terjadi Kabupaten Seluma Povinsi Bengkulu bukan disebabkan virus H5N1 seperti yang terjadi di daerah Kota Bengkulu, Bengkulu Tengah dan Kepahiang.
Kejadian yang mengakibat ayam mati di daerah itu melalui pemeriksaan oleh petugas pengendalian virus flu burung wilayah Bengkulu disebabkan penyakit koyang. Penyakit tersebut dapat mematikan unggas tetapi tdak berbahaya bagi kesehatan manusia, ujarnya.
Dalam dua bulan ini jumlah ayam mati mendadak di Kabuaten Seluma Provinsi Bengkulu mencapai 4.000 ekor yang mengakibatkan warga setempat mengalami kerugian puluhan juta rupiah. "Sejak dua bulan lalu kami semakin mencemaskan penyakit tersebut akan menyerang kesehatan manusia karena ayam milik warga setempat sudah terjangkit dan mati sebanyak 4.000 ekor, kata Kepala Desa Sukamaju Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma, Bengkulu Hamid, Sabtu.
Dua bulan lalu ayam warga tiga desa di Kecamatan Sukaraja mati secara mendadak mencapai 3.000 ekor. Penyakit ayam tersebut telah menjangkiti unggas hingga ke wilayah Kecamatan Periukan Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu dan kondisi itu belum mendapat tindakan dari pemerintah setempat.
"Hingga kini kami warga di daerah ini masih mencemaskan terhadap kondisi tersebut dikhawatirkan penyakit yang mematikan unggas di daerah ini akan mengancam kesehatan manusia," katanya. Hal yang sama disampaikan warga desa Sukaraja, Adi mengatkan akibat penyakit ayam di daerah itu mengakibatkan masyarakat setempat mengalami kerugian mencapai puluhan juta rupiah.
"Atas kasus penyakit pada unggas tersebut kami warga di daerah ini mengalami kerugian mencapai Rp50 juta karena ayam yang mati tersebut terdapat jenis bangkok," katanya. Untuk mengatasi kerugian lebih besar lagi hendaknya pemerintah daerah ini mengambil langkah supaya masyarakat berupaya mengantisipasui hal tersebut.
"Kami merasa kecewa kepada pemerintah daerah kabupaten yang hingga saat ini belum ada langkah nyata untuk melakukan pencegahan pengobatan terhadap unggas yang belum terjangkit itu," ujar Adi.