REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG - Analis pengurangan risiko bencana United Nations for Development Programme (UNDP), Banu Subagyo, mengatakan aliran material lahar dingin Gunung Merapi pascaerupsi lalu tak akan habis dalam sekali musim hujan.
"Berdasarkan informasi Badan Penyelidikan dan Penelitian Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Merapi saat ini masih menyimpan setidaknya 130-150 juta meter kubik material lahar dingin," kata Banu di Semarang, Kamis (24/2).
Banu menjelaskan bahwa material lahar dingin sebanyak itu diperkirakan habis setidaknya setelah tiga hingga lima kali musim hujan. Hal itu, kata dia, mengartikan bahwa ancaman banjir lahar dingin terhadap masyarakat di sekitar Merapi akan berlangsung cukup lama sehingga perlu penanganan dan perhatian berbagai pihak.
Ia mengatakan warga di wilayah banjir lahar dingin perlu ditangani secara baik. Untuk wilayah yang terparah, warganya perlu direlokasi. Ada pula wilayah yang warganya hanya perlu direlokasi sementara. "Bahkan, ada wilayah permukiman yang sampai membentuk aliran sungai permanen akibat banjir lahar dingin itu. Penduduk di kawasan itu perlu direlokasi karena wilayahnya memang sudah tak memungkinkan untuk ditempati," katanya.
Banu mencontohkan tentang wilayah terparah akibat banjir lahar dingin Merapi di Desa Jumoyo dan Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Namun, katanya, ada pula wilayah yang warganya bisa direlokasi sementara sembari menyelesaikan pembangunan tanggul guna mengantisipasi terjangan lahar dingin.
Ia mengakui proses relokasi sering terkendala keinginan warga yang mau direlokasi asalkan bernilai sama dengan nilai tempat tinggal yang akan ditinggalkannya. "Misalnya, seorang penduduk memiliki lahan seluas berapa hektare. Tempat barunya nanti harus bernilai sama dengan itu. Ini sering mengakibatkan tarik-menarik, namun perlu disikapi secara arif," kata Banu.