REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Pihak Imigrasi Bogor berhasil menangkap lima imigran gelap. Mereka yakni MA asal Irak, MH asal Pakistan, HA asal Algeria, PD asal Irak, dan EN asal Kamboja.

Menurut Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Imigrasi Bogor, Fifie Fatimah, kelimanya ditangkap di wilayah Cisarua, Puncak, Kabupaten Bogor. Ia mengatakan, para imigran yang semuanya pria itu sebenarnya sudah lama jadi incaran.

Pasalnya, mereka tak memiliki identitas resmi untuk tinggal di Indonesia. Namun karena belum ada payung hukum yang jelas, Imigrasi belum berani membekuk kelimanya.

''Status mereka kan katanya pengungsi perang, jadi kami waktu itu belum berani menangkap mereka. Takutnya melanggar HAM (Hak Asasi Manusia),'' ujar Fifie pada Republika, Jumat (22/10). '' Namun, karena sudah ada perintah Dirjen (Direktorat Jenderal) dan UNHCR, akhirnya kemarin kami tangkap.''

Kini para imigran telah diserahkan ke Dirjen Imigrasi untuk segera dipulangkan ke negara masing-masing melalui kedutaan besar mereka. Meski demikian, Fifie mengaku tiga imigran, MA, MH, dan HA, sempat melarikan diri saat hendak diantarkan ke Dirjen Imigrasi. '' Namun kami berhasil menangkap kembali mereka,'' ujarnya.

Keimigrasian diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992. Di mana dalam Pasal 39, semua Warga Negara Asing (WNA) yang datang ke Indonesia wajib memiliki identitas dan melaporkan diri ke imigrasi.

Selain itu, pihak Imigrasi Bogor kini juga sedang mengawasi ketat 200 WNA lain yang bermukim di delapan rumah penampungan di kawasan puncak. Mereka terdiri dari 163 WNA berstatus pengungsi perang dan 37 pencari suaka.

Ikuti Whatsapp Channel Republika