REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG--Kepolisian Daerah (Polda) Lampung mulai mengusut kasus 16 ribu ton beras dari Pati, Jawa Tengah ke Lampung. Beras yang dipasok Bulog Lampung tersebut memiliki kualitas di bawah standar.
Kepala Satuan (Kasat) II Kriminal Khusus (Krimsus) Polda Lampung, AKBP Supriadi, membenarkan Polda Lampung sedang menyelidiki kasus 16 ribu ton beras impor yang diterima Badan Urusan Logistik (Bulog) Lampung pada Kamis pekan lalu. "Penyidik sedang memeriksa pihak Bulog," kata Supriadi di Bandar Lampung, akhir pekan lalu.
Pada pengusutan pertama, polisi memeriksa Kepala Bulog Divisi Regional Lampung, Ibnu Shiyamawardi. Ia diperiksa Kompol Ahmad Zulfikar di ruang Kanit I selama enam jam lebih. Dalam pemeriksaan, Ibnu didampingi Divisi Legal Bulog Lampung, Wahyu Widiatmoko dan Bambang.
Sebanyak 16 ribu ton beras asal Pati yang berkualitas di bawah standar tersebut akan dibagikan kepada keluarga miskin (Raskin) dan bencana alam. Kedatangan beras tersebut telah tercium oleh DPRD Lampung.
Dalam sepekan ini, beredar kabar DPRD Lampung mengadakan pertemuan dengan pihak Bulog Lampung di luar gedung wakil rakyat tersebut. Pertemuan di rumah makan ternama di Bandar Lampung ini, disinyalir beberapa pihak untuk membocor isi rekomendasi Komisi II DPRD Lampung, terkait kedatangan beras jelek tersebut.
Namun kepada wartawan, Ketua Tim Supervisi Bulog Komisi II DPRD Lampung, Hartarto Lojaya membantah rekomendasi telah bocor ke Bulog terkait 16 ribu ton beras tak layak dimakan tersebut di luar gedung wakil rakyat ini. Ia menegaskan tidak ada rekomendasi dikeluarkan di luar gedung dewan. Ia tidak menjawab pertemuan Komisi II dengan pihak Bulog di rumah makan.
Kepala Bulog Lampung, Ibnu, seusai diperiksa, tidak berkomentar sama sekali. Beras yang dipersoalkan tersebut masih berada di gudang Bulog Lampung. Polisi belum melakukan penyegelan beras tersebut. Banyak pihak mengkhawatirkan kondisi ribuan ton beras tersebut telah berganti.
Bulog mendatangkan beras dari Pati, Jawa Tengah ini, dengan alasan Lampung mengalami krisis pangan, karena sejumlah sawah gagal panen. Penyidik Polda Lampung masih menyelidiki kelayakan konsumsi beras tersebut dengan mengirimkan beberapa sampel beras ke laboratorium.