REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Provinsi Jawa Barat di enam kabupaten pada 2009, terdapat sekitar 29 persen remaja di Jawa Barat pernah melakukan hubungan seks pranikah. Jika jumlah remaja di Jabar sebanyak 11 juta orang, diperkirakan lebih dari tiga juta remaja pernah melakukan hubungan seksual sebelum melakukan ikatan pernikahan secara resmi.
Gaya hidup seks bebas tersebut, menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada para remaja. Hal ini terbukti dari sebanyak 18 ribu remaja yang melakukan konsultasi di Mitra Citra Remaja Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (MCR PKBI) Jabar, sebanyak 1,23 persen mengalami KTD.
Program Manajer MCR PKBI, Ilah, menyatakan jumlah tersebut menjadi cerminan adanya perilaku seks bebas di kalangan remaja, khususnya di Jabar. Ia mengakui jumlah sebenarnya yang terjadi di lapangan, jauh lebih banyak dari yang didapat MCR PKBI Jabar.
“Hal ini sangat memprihatinkan. Jika 1,23 persen dijadikan acuan untuk jumlah remaja yang sekitar 11 juta, berarti diperkirakan sekitar 12.300 remaja di Jabar pernah mengalami KTD,” ungkap Ilah yang ditemui Republika di sekretariat MCR PKBI, Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Senin (5/7) pagi.
Ia memaparkan, KTD di kalangan remaja umumnya dilakukan oleh pacarnya masing-masing. Hubungan seks, lanjutnya, masih dianggap sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang. Meski terlihat sepele, alasan tersebut masih mendominasi terjadinya KTD pada para remaja.
Selain itu, masih berkembangnya mitos-mitos di kalangan remaja tentang tata cara pencegahan kehamilan. Ia mencontohkan, ada anggapan yang mengatakan jika berhubungan seks pertama kali tidak akan terjadi kehamilan atau melompat-lompat setelah berhubungan seks akan meminimalisasi potensi kehamilan.
“Mitos-mitos tersebut masih beredar di kalangan remaja. Hingga saat ini, harus diakui jika remaja belum mampu mendapatkan informasi yang benar terkait kesehatan reproduksi,” tuturnya.
Ia juga menambahkan, peran sekolah juga belum mampu memberikan pengetahuan dan pendidikan seks kepada siswa yang notabene masih memiliki keingintahuan yang besar akan hal tersebut. Padahal mereka berhak untuk mendapatkan pengetahuan yang benar seputar kesehatan seksual yang masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat.
“Umumnya mereka mendapatkan informasi tersebut dari teman-temannya. Sehingga mitos tentang pencegahan kehamilan menjadi pembenaran mereka untuk melakukan hubungan seks yang mengakibatkan KTD di kalangan remaja,” imbuhnya.