REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI--Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, bersiap mengirim alumninya menjadi transmigran. Hal tersebut dilakukan sebagai tindak lanjut penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) dengan Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) di Kediri, Sabtu malam (17/7).
Menakertrans, Muhaimin Iskandar, mengatakan, PP Lirboyo siap mengirim berapapun alumninya untuk dijadikan transmigran. Hal ini, lanjut dia, juga terkait dengan program pemerintah untuk membangun 'islamic center' atau pondok pesantren di 44 kota terpadu mandiri (KTM) di seluruh Indonesia.
Lirboyo dianggapnya sebagai salah satu pesantren yang potensial untuk membangun KTM. Hal itu dapat dilihat dari jumlah santri yang mencapai 10 ribu orang per tahun. Tidak hanya itu, untuk memajukan KTM, dia juga berharap para alumni dapat menyalurkan etos kerjanya di daerah transmigran.
Sebagai tahap awal, kata Muhaimin, pihaknya telah mengirimkan tiga alumni santri Lirboyo untuk dikirim ke Lampung dan Palembang. Tujuan dari pengiriman alumni santri ini adalah agar mereka dapat memberi pendidikan keagamaan bagi para santrinya. Tidak hanya ke wilayah barat Indonesia, pihaknya juga berencana mengirimkan alumni Lirboyo ke wilayah timur Indonesia. "Mereka siap dikirim ke mana saja dan berapa pun alumni santri yang kita minta, mereka penuhi," ujar Muhaimin yang hadir dalam peringatan seabad PP Lirboyo.
Dalam program ini, kata Muhaimin, pihaknya menyiapkan 20 dai atau alumni santri untuk masing-masing KTM. Dana yang disiapkan pun cukup besar. Total untuk sebuah KTM, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 50 miliar per tahun.
Sementara itu, Ketua Himasal, KH Abdul Aziz Mansyur mengungkapkan kegembiraannya terkait kerja sama tersebut. Dengan adanya kerja sama antara dua pihak, dia berharap para alumni Lirboyo dapat mengaplikasikan ilmu agamanya di masyarakat. Tak hanya itu, dia juga menjanjikan bahwa alumni yang dikirim menjadi transmigran tidak akan 'neko-neko'.
Aziz mengingatkan kepada para alumni bahwa memanfaatkan ilmu agama akan selalu memperoleh cobaan. "Sehingga, jangan menyerah jika nanti ditempatkan di daerah terpencil atau di daerah timur Indonesia," paparnya.
Kemajuan pembangunan, lanjut Aziz, tidak lepas dari para ulama. Namun sayang, saat ini persebaran ulama hanya terbatas di Indonesia bagian barat. Oleh karena itu, dengan adanya program ini, pemerataan pembangunan dapat segera tercapai.