REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN – Seorang gadis cilik, Anis Setiara (8), duduk paling depan di dalam sebuah kelas yang disesaki 64 siswa. Sama seperti gadis berkulit hitam manis itu, keenam puluh teman sekelasnya juga memiliki tubuh yang kurus.
Mereka adalah siswa kelas III SDN 1 Muara 2, Kecamatan Cikulur, Lebak, Banten. Anis, dan begitu juga siswa di sekolah itu, tidak mendapat asupan makanan yang bergizi. Setiap harinya, anak-anak sekolah dasar itu jarang sarapan pagi. "Jarang sarapan, hanya jajan di sekolah saja," ujar Anis kepada Republika, di Lebak, Banten, Selasa (21/9).
Jajanan yang dibeli anak-anak SD di sana biasanya merupakan makanan yang kandungan gizi dan kebersihannya rendah. Maka tak heran, bobot tubuh mereka kurus. Padahal, makanan yang bergizi berpengaruh pada kecerdasan anak. Melihat fakta itu, SDN 1 Muara 2 Lebak, Banten menjadi salah satu SD yang mendapatkan dana Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS).
Wali kelas III SDN 1 Muara Lebak, Juansah, mengatakan makanan yang diberikan berupa arem-arem, opor ayam, perkedel, udang, dan sayuran. "Anak-anak di sini kurang mendapat gizi karena kebanyakan orangtua mereka hanya bekerja sebagai buruh tani," papar Juansah.
PMT-AS di SDN tersebut, kata Juansah, diberikan seminggu 4 kali. Setiap harinya akan diberikan makanan tambahan dengan menu yang berbeda saat waktu istirahat. Program PMT-AS merupakan kegiatan pemberian makanan kudapan yang aman dan bermutu untuk memperbaiki asupan gizi peserta didik TK/SD dan RA/MI.
Program tersebut memang dikhususkan bagi TK/SD baik negeri maupun swasta di daerah terpencil, terisolir, atau daerah kecil di Indonesia. Sasaran PMT-AS sebanyak 1,2 juta peserta didik TK/SD di 27 kabupaten di 27 provinsi dan 180 ribu perseta didik RA/MI yang tersebar di 26 kabupaten di 26 provinsi.
Dana PMT-AS berasal dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2010. Komponen yang dibiayai antara lain makanan kudapan, alat memasak, dan manajemen kegiatan. Unit cost PMT-AS untuk tiap peserta didik sekali makan dengan kandungan kalori berkisar 300 kalori dan 5 gram protein antara lain Rp 2.250 untuk kawasan Indonesia Barat dan Rp 2.600 untuk kawasan Indonesia Timur.
"Makanan yang diberikan harus memanfaatkan produk lokal," ujar Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh, saat pemberian PMT-AS di SDN 1 Muara 2 Lebak, Banten.
Itu dimaksudkan agar ekonomi lokal berjalan dan melestarikan makanan lokal. Oleh karena itu, kata M Nuh, pemerintah tidak memberikan makanan langsung. "SDN 1 Muara 2 Lebak dipilih karena wilayah di Lebak tingkat kemisikinannya tinggi, 54 persen. Ini yang paling rendah di Banten," ungkap Mendiknas.
Bahkan, Angka Partisipasi Murni (APM) PAUD hanya 36 persen. Sementara APM SMA hanya 34 persen dan lulusan penerima beasiswa bidik misi hanya 17 orang. APM tingkat SD pun baru 95 persen, padahal seharusnya APM SD, kata Mendiknas harus 100 persen. "Itu menjadi syarat Lebak perlu mendapat intervensi. Kita tidak mau kehilangan generasi," tegas M Nuh.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Eko Endang Koswara, sependapat dengan Mendiknas. Dia mengungkapkan sampai 2009 masih terdapat 126 desa dalam kategori desa tertinggal di Lebak. Dari jumlah penduduk Kabupaten Lebak sebanyak 1.203.806, sampai 2008 masih terdapat 153.626 (51,70 persen) kepala keluarga dalam ketegori miskin. Sebanyak 3,37 persen penduduk itu masih buta huruf, antara usia 15-45 tahun.
Sementara itu, penduduk usia SD (7-12 tahun) sebanyak 179.422 orang. Eko mengatakan asupan gizi mereka memang rendah. Bobot tubuh mereka pun di bawah rata-rata. "Berdasarkan hasil evaluasi BOPM, kecerdasan rata-rata anak SD di Lebak rendah, penglihatannya rabun, dan tinggi badannya pendik karena kurang gizi," jelasnya.
Hal itulah yang saat ini sedang dibenahi pihak Dinas Pendidikan Provinsi Banten. Meski demikian, kata Eko, tidak semua anak SD di Banten mengalami gizi buruk, seperti halnya anak-anak yang tinggal di wilayah pinggir pantai. Eko hanya berharap dengan PMT-AS itu dapat meningkatkan taraf gizi anak-anak SD di Lebak. Dengan demikian, tingkat kecerdasannya pun dapat setara dengan wilayah lain.