REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG--Sebagian besar warga desa terakhir dari barat puncak Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diminta aparat pemerintah setempat untuk meninggalkan dusun mereka masing-masing pada Rabu dini hari (27/10).
"Dusun kosong, tinggal sekitar lima orang, dari tadinya sekitar 40 orang yang berjaga," kata seorang warga Dusun Tangkil, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jateng, Jayus, di Magelang, Rabu dinihari.
Mereka, katanya, turun dari dusun setempat yang berjarak sekitar delapan kilometer dari puncak Merapi ke perempatan jalan beraspal di Desa Kaliurang. Jarak antara Tangkil hingga Kaliurang sepanjang sekitar 1,5 kilometer.
Jayus mengatakan, sebagian masyarakat setempat turun ke Kalibening sekitar pukul 03.00 WIB antara lain dengan mengendarai sepeda motor, sedangkan lainnya berjalan kaki.
"Kami tidak turun ke balai desa tetapi ke Kalibening karena tempatnya lebih leluasa untuk berjaga, mengawasi situasi puncak Merapi, kalau di balai desa tidak bisa melihat langsung gunung," katanya.
Jayus menambahkan, warga setempat yang masih tinggal di dusun pada Selasa (26/10) malam hingga Rabu dinihari mendapat kabar simpang siur terkait kemungkinan erupsi susulan Merapi.
Seorang warga Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, Anto, mengatakan, aparat pemerintah desa sempat mendatangi sekitar 40 warga setempat yang berjaga sejak Selasa (26/10) malam hingga Rabu dinihari, untuk meminta mereka meninggalkan kampung itu terkait dengan isu letusan susulan tersebut. "Yang menyuruh orang kelurahan, semua diminta turun," katanya.
Tetapi, katanya, hingga sekitar pukul 03.45 WIB mereka masih bertahan di pos ronda dusun itu untuk menjaga situasi keamaan dan mewaspadai kemungkinan letusan susulan.
Sekitar pukul 03.24 WIB, kata Anto, satu unit truk mengangkut warga Bojong, Ngargomulyo untuk mengungsi melintasi dusun setempat.
Warga setempat, kata Anto, tetap waspada antara lain dengan memarkir sepeda motor masing-masing di tepi jalan sehingga mereka bisa meninggalkan dusun itu secara cepat jika memang terjadi letusan susulan.
Kepala Desa Ngargomulyo, Yatin,membenarkan bahwa pihaknya meminta sebagian kecil saja warga di berbagai dusun setempat yang masih berjaga di kampung masing-masing. "Yang lainnya kami minta untuk turun, karena warga di radius 15 kilometer dari puncak Merapi, saat fase erupsi, memang harus meninggalkan tempat tinggalnya supaya tidak jatuh korban," katanya.
Yatin mengaku telah secara langsung mengontak pihak Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian yang berkantor di Yogyakarta terkait dengan kemungkinan letusan susulan Merapi hingga Rabu dinihari.
Yatin mengaku, mendapat informasi dari BPPTK bahwa hingga saat ini telah terjadi penurunan aktivitas vulkanik Merapi. "Sehingga kami memutuskan tetap ada beberapa orang yang bertahan untuk menjaga keamanan dusun masing-masing, jadi tidak semua turun," katanya.
Sebagian besar warga dusun-dusun setempat, katanya, meninggalkan kampung masing-masing mulai sekitar pukul 03.00 WIB antara lain dengan menggunakan truk, mobil, dan sepeda motor.
Anak-anak, perempuan, dan orang tua yang tinggal di kawasan itu, saat ini telah diungsikan dari dusun mereka ke berbagai tempat pengungsian yang telah disiapkan pemerintah kabupaten setempat.
Dampak erupsi Merapi di kawasan itu, katanya, tidak mengakibatkan korban meninggal dunia, sedangkan mereka yang sakit telah dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Magelang di Muntilan.
"Alhamdulilah tidak ada korban, beberapa yang sakit sejak dari rumah telah dirawat di rumah sakit, juga tidak ada kecelakaan kendaraan saat proses evakuasi," katanya.
Yatin mengatakan, larangan warga berasal dari luar berbagai dusun setempat memasuki kawasan itu masih diberlakukan oleh pemerintah desa setempat untuk antisipasi gangguan keamanan atas harta termasuk ternak mereka.
Yatin juga mengaku, sempat mendapat isu bahwa akan terjadi letusan susulan Merapi sekitar pukul 03.00 WIB. "Saya juga mendengar isu itu, tetapi tidak jelas dari siapa isu itu, sehingga saya menelepon BPPTK," jelasnya.