REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG--Sebanyak empat pengungsi bencana Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, meninggal dunia terhitung sejak 26 September 2010 saat terjadi erupsi pertama gunung berapi itu hingga saat ini. Pelaksana Tugas Direktur RSUD Muntilan, Heny Listiani, di Magelang, Selasa, menyebutkan, keempat orang yang meninggal tersebut, yakni bayi berumur tiga bulan Ilham Azaki, Parmin (5), Jo Atemo (80), dan Tukinem (80).
Jo Atemo meninggal di tempat pengungsian di Jumoyo setelah sebelumnya mendapat perawatan di rumah sakit akibat komplikasi, sedangkan Tukinem meninggal di rumah sakit karena "post-stroke" dan jantung.
Ilham Azahi meninggal saat proses evakuasi waktu Merapi meletus pertama pada Selasa (26/10), sedangkan Paimin (5) warga Boyolali, yang meninggal Jumat (29/10) karena kejang dan demam tinggi.
Kepala Bagian Data dan Pelaporan RSUD Muntilan, Srenggono, mengatakan, Jo Atemo, warga Dusun Jrakah, Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung dan Tukinem, warga Dusun Karanganyar, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun. Mereka sebelumnya memang sudah lama menderita sakit di rumah. "Jadi saat dibawa kesini, kondisinya sudah tidak bagus," katanya.
Heny menyebutkan, data terakhir Selasa siang , RSUD Muntllan telah merawat sebanyak 219 korban bencana Merapi. Namun, katanya, saat ini tinggal 54 orang yang masih dirawat secara intensif. "Sisanya sudah diperbolehkan pulang ke lokasi pengungsian. Dari sebanyak pasien tersebut, kebanyakan karena sesak napas, shock, dan penyakit tua," katanya.
RSUD Muntilan juga menangani 10 pengungsi yang melahirkan, delapan di antaranya melahirkan secara normal, seorang dengan operasi caesar, dan seorang lewat vakum. Para pengungsi yang melahirkan tersebut, antara lain Harini (18) warga Dusun Salamsari, Desa Mranggen, Kecamatan Srumbung, Narmi (28) warga Dusun Bandung, Desa Sewukan, Kecamatan Dukun, Umi Mardiyati, warga Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, dan Sarmi warga Desa Sumber, Kecamatan Dukun.