Rabu 03 Nov 2010 08:16 WIB

Ketidakpastian Masa Depan Jadi Ancaman Utama Pengungsi Merapi

Rep: Abdullah Sammy/ Red: Endro Yuwanto
Pengungsi Merapi
Pengungsi Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN--Pengungsi korban Merapi lebih mengkhawatirkan kepastian masa depan mereka ketimbang ancaman letusan dan wedhus gembel. Hal ini terungkap saat kunjungan Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Aljufrie ke barak pengungsian Wikir Asih, Cangkringan, Selasa (2/11).

Kepada Mensos, salah satu pengungsi mengungkapkan ketakutannya akan kelangsungan hidup pascabencana. Harta benda yang ludes dan sanak keluarga yang terenggut wedhus gembel, makin merisaukan warga. "Suami saya meninggal saat letusan. Anak saya baru tiga bulan. Saya khawatir masa depannya," kata Juminten, mencurahkan kekhawatiran yang melandanya.

Juminten tak sendiri. Ratusan warga pengungsi juga memiliki ketakutan yang sama. Karenanya, kepada menteri sosial, warga menitipkan surat khusus kepada presiden. "Intinya kami ingin pemerintah memberi bantuan. Rumah yang hancur agar dibangun kembali. Usaha yang luluh lantah juga biar dibantu. Dan anak-anak agar dijamin pendidikannya," ujar Asih Maridjan, menjelaskan isi surat warga kepada presiden.

Mendengar keluhan pengungsi, Mensos berjanji akan meneruskannya pada presiden. Menurutnya, sebagian keinginan akan segera diwujudkan. "Insya Allah akan ada rehabilitasi dan rekonstruksi pada rumah yang hancur. Pendidikan anak juga menjadi perhatian khsus bagi kami. Dan yang telah berpulang, keluarganya akan diberi tunjangan," kata dia.

Sesaat sebelum kunjungan Mensos, gunung Merapi sempat mengeluarkan letusan abu dan material. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Namun letusan ini tidak menimbulkan kepanikan pengungsi karena langit tertutup awan tebal.

Pengungsi umumnya tetap melakukan kegiatan dan aktivitas di pengungsian. Umumnya mereka tidak mengetahui adanya letusan. Aktivitas Merapi saat ini terpantau sedang. Gemuruh masih sesekali terdengar dari pucuk lereng, walau tanpa disertai letusan.

Sebelumnya, hujan dengan intensitas cukup tinggi mengguyur kawasan puncak hingga kaki gunung Merapi, Selasa (2/11) siang. Dari pengamatan Republika di posko Desa Umbulharjo, hujan deras mengakibatkan kegiatan evakuasi terhenti.

Sejumlah relawan harus turun gunung dan menuju posko desa untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Posko Umbulharjo sendiri telah kosong ditinggal para pengungsi.

Jarak posko yang hanya sekitar 8 km dari puncak, masuk dalam kategori zona bahaya. Kini ekspengungsi Umbulharjo telah menempati barak baru di Wukir Asih, Cangkringan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement