Jumat 05 Nov 2010 22:11 WIB

2.500 Warga Desa Selo Terjebak di Puncak Merbabu

Rep: C41/ Red: Djibril Muhammad
Gunung Merapi
Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA--Sekitar 2.500 pengungsi dikabarkan terjebak di puncak Gunung Merbabu sejak Kamis (4/11) malam. Kabar yang disampaikan melalui laman combine.merapi.co.id ini memberitahukan bahwa para pengungsi berasal dari Desa Selo, Kecamatan Selo, Boyolali, Jateng.

Menurut informasi, para pengungsi tidak dapat dievakuasi karena akses menuju lokasi para pengungsi yang terjebak di puncak Merbabu hingga kini masih ditutup. Desa Selo berada di antara bawah kaki Gunung Merapi dan Merbabu.

Sebelumnya, korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi pada Jumat (5/11) dini hari yang hingga kini berada di instalasi Forensik Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta mencapai 49 orang, sedangkan luka bakar berat sebanyak 66 orang.

Menurut keterangan dari Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta, korban meninggal dunia terdiri atas 23 pria dan 26 perempuan. korban meninggal dunia dan luka bakar berat merupakan penduduk Kecamatan Cangkringan dan Kecamatan Pakem, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kemungkinan jumlah korban akibat letusan Gunung Merapi tersebut masih bisa bertambah mengingat ada sebagian lokasi yang belum dapat dijangkau akibat lahar yang masih panas, kata anggota Kedokteran Kepolisian Polda DIY Syahrizal di RS Sardjito Yogyakarta.

"Tim evakuasi membutuhkan alat berat dan juga air dalam jumlah yang banyak untuk bisa masuk ke wilayah tersebut dan melakukan evakuasi korban," lanjutnya yang memperkirakan jumlah korban letusan

Gunung Merapi tersebut lebih besar dibanding kan letusan pada 26 Oktober. Tim Disaster Victim Identification (DVI) dibantu RS Dr Sardjito kini mulai melakukan identifikasi terhadap seluruh korban.

Salah satu relawan dari Radio Komunikasi Balerante 907, Utha yang turut melakukan evakuasi di sejumlah wilayah mengatakan bahwa Dusun Plumbon sudah hancur karena tersapu awan panas dan lahar panas.

"Di Dusun Plumbon, kami menemukan ada sebuah keluarga yang meninggal dunia akibat awan panas, bahkan kami menemukan ada seorang korban yang memegang telepon selular," lanjutnya.

Selama aktivitas Gunung Merapi mulai meningkat sejak Rabu (3/11), kata dia, pihaknya selalu mengimbau kepada masyarakat untuk menjauhi bantaran sungai dengan jarak minimal 300 meter.

"Lahar yang masih panas tersebut bisa melimpah hingga ke bantaran sungai sehingga banyak menyebabkan korban. Banyak korban yang mungkin tidak terkena awan panas secara langsung tetapi terkena limpahan lahar," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement