REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI-- Warga Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menyatakan lebih senang bertahan di rumahnya masing-masing dan tidak mau mengungsi lagi meski status Gunung Merapi masih "awas". Kepala Desa Gedagangan, Cepogo, Sugiono di Boyolali, Jumat, mengatakan, warganya sudah tidak mau mengungsi lagi dan mereka lebih senang bertahan di rumah meski desanya masuk kawasan rawan bencana atau di dalam radius 10 kilometer dari puncak Merapi.
Menurut Sugiono, pihaknya sudah berupaya mendatangi masing-masing lingkungan di Desa Gedangan, tetapi masyarakat tidak mau mengungsi lagi. Oleh karena itu, pemerintah setempat melalui Camat Cepogo mengatakan, warga yang tidak mau mengungsi tersebut telah menandatangi surat pernyataan tidak akan menuntut pemerintah.
"Apabila ada suatu hal yang diakibat bencana letusan Gunung Merapi, warga intinya tidak akan menuntut kepada pemerintah setempat," katanya.
Sugiono menjelaskan, jumlah warga di Desa Gedangan, Cepogo, sebanyak 3.929 jiwa yang tersebar di 20 dusun. Sebelumnya mereka mengungsi di beberapa titik pengungsian di Boyolali. Namun, warga yang masih bertahan di tempat mengungsi sekitar 400 orang, sedangkan 3.529 jiwa sudah kembali pulang menempati rumah masing-masing.
Sementaran warga tiga desa, di Cepogo mulai merasakan kesulitan air bersih dampak erupsi Gunung Merapi. Sejumlah bak penampungan air di wilayah tiga desa yakni Desa Jombong, Sukabumi dan Gedangan, di Cepogo, mengalir bercampur dengan lumpur.
Menurut Suyitno (40) warga Desa Jombong, Cepogo, sejak pulang dari pengungsian, warga semakin kesulitan untuk mencukupi kebutuhan air bersih. "Air bersih untuk memberi minum sapi tidak bisa. Padahal seekor sapi idealnya membutuhkan 12 ember air per hari," katanya.
Warga lain Arif (42) mengaku, akibat kekurangan air tersebut, warga harus antrean mendapatkan air bersih. Bahkan, kaum ibu yang memandikan bayinya dengan air bekas, katanya.
Syamsudin, Asisten III Bidang Kesra Setda Boyolali yang juga koordinator penanggulangan bencana menjelaskan, Pemkab telah berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Mimun (PDAM) dan Dinas Pekerjaan Umum Boyolali, menyusul laporan kekurangan air bersih di Cepogo.
Menurut Syamsudin, warga tiga desa tersebut, selama ini mengambil air dari mata air di wilayah Wonopedut, Desa Wonodoyo, tepat di bawah lereng Merapi. Namun, mata air di wilayah tersebut sempat mengalami hujan abu pekat saat terjadi letusan Merapi sehingga air yang mengalir ke pemukiman terkontaminasi abu vulkanik. "Kami akan melakukan droping air bersih melalui PDAM dan Dinas PU setempat," kata Syamsudin.