REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Para pengungsi korban bencana erupsi Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah membutuhkan pendampingan psikososial agar mereka optimistis menatap masa depan pascabencana.
"Para relawan psikososial perlu memberikan motivasi kepada mereka untuk kembali bersemangat menatap masa depan sekembalinya dari pengungsian," kata Koordinator Tim Psikososial Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Shanti Wardaningsih di Yogyakarta, Jumat (19/11).
Berkaitan dengan hal itu, menurut dia, UMY telah memberikan pendampingan psikososial kepada para pengungsi melalui pelatihan seperti relaksasi progresif, hipnotis lima jari hingga terapi mengistirahatkan pikiran. "Semua pelatihan tersebut diberikan kepada pengungsi untuk mengistirahatkan pikiran dan kekhawatiran lainnya yang selama ini membenani mereka," katanya.
Ia mengatakan, dengan istirahatnya pikiran diharapkan mendatangkan perasaan positif diri yang pada akhirnya menjadikan mereka menerima dengan kondisi yang saat ini terjadi. "Dengan demikian, mereka mempunyai kemampuan untuk menatap masa depan pascabencana dengan sikap menerima, bahwa apa yang terjadi saat ini pasti memiliki hikmah," katanya.
Menurut dia, dalam setiap sesi pelatihan dipilih seorang ketua yang memimpin pelaksanaan pelatihan. Hal itu dilakukan agar para pengungsi dapat menjadi kader sehat jiwa yang nanti bisa memberikan keberlanjutan dalam pendampingan sehat jiwa bagi warga lain sekembalinya dari pengungsian.
Ia mengatakan, keterlibatan pengungsi dalam kegiatan yang diadakan di posko pengungsian juga sangat memengaruhi psikologis mereka. Para pengungsi sebaiknya diberikan kegiatan atau keterampilan yang dapat menghilangkan kejenuhan mereka selama di pengungsian.
"Kejenuhan menjadi salah satu pemicu terganggunya psikologis mereka. Oleh karena itu, kegiatan yang diadakan pada umumnya dilakukan secara berkelompok sehingga mereka pun mulai belajar beradaptasi kembali dalam kehidupan sosialnya," katanya.