REPUBLIKA.CO.ID, NGANJUK--Suatu kali di tahun 1998, Kartono Abdul Azis (38), kehilangan sepeda motor yang dia pinjam dari seorang kawan. Motor itu raib di depan sebuah tempat penyewaan komputer, dan mau tidak mau harus segera diganti. Saat itu gaji Kartono sebagai radiografer di sebuah laboratorium klinik di Surabaya, hanya Rp. 300 ribu perbulan. Mustahil baginya mengumpulkan uang sebesar Rp 7 juta dalam waktu singkat untuk mengganti motor Suzuki Shogun yang digondol maling motor itu.
Saat itulah, Aziz—demikian beliau sering disapa—menyadari bahwa alangkah tidak nikmatnya berada dalam posisi terjepit dan serba kekurangan seperti dirinya saat itu. Singkat cerita, lewat bantuan seorang rekan yang bekerja di sebuah lembaga zakat dan cari pinjaman sana-sini, Aziz berhasil mengganti kembali motor yang hilang itu dalam bentuk uang tunai. “Sejak hari itulah, dalam hati saya bertekad, saya akan membantu orang miskin dan tidak mampu dari kondisi kehidupan mereka yang serba sulit,” ungkapnya.
Allah Swt kemudian memberikan jalan. Pada tahun 2009, pria kelahiran Lamongan, 10 Oktober 1972 ini, mendapat amanah dari salah seorang lurah di Mojokerto berupa 172 ekor kambing untuk dibagi-bagikan kepada kaum dhuafa sebagai hewan kurban. Itulah cikal bakal kerja sama antara suami dari Roihatul Jannah dan ayah dari 5 orang putri ini dengan Program Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa sebagai mitra penyebar hewan kurban untuk daerah Jawa Timur. Pria yang kini juga sehari-hari bekerja sebagai paramedis di RSU Nganjuk ini, kemudian membentuk Lembaga Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Peduli Dhuafa sebagai payung segala aktivitas pemberdayaannya.
Azis kemudian juga dipercaya Dompet Dhuafa untuk membagikan beasiswa anugerah tahun 2001, dan beasiswa Etos (salah satu program Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa) pada 2002-2003 kepada 78 orang mahasiwa tak mampu se-Jawa Timur. Beasiswa ini bernilai Rp 300 per bulan dan diberikan selama satu tahun. Amanah-amanah lain semakin banyak dipercayakan kepada LPPM Peduli Dhuafa. “Saya lalu mengukuhkan Peduli Dhuafa sebagai lembaga berbadan hukum dengan nama Badan Wakaf Peduli Dhuafa pada tahun 2004,” katanya di kantornya di daerah Baron, Nganjuk, Jawa Timur, di sela-sela acara pemotongan kurban Rabu, 17 November lalu.
Aziz mencatat, sejak tahun 1419 Hijriah (tahun 2000) sampai tahun ini, Badan Wakaf Peduli Dhuafa sudah menyebar sebanyak 4072 ekor kambing kurban kepada masyarakat atas kepercayaan program THK Dompet Dhuafa. Badan wakaf ini juga sudah memiliki asset tanah wakaf seluas 4114 meter persegi di daerah Baron, Nganjuk, Jawa Timur. “Di atasnya kami berencana membangun Pondok Pesantren Tahfizul Quran, panti asuhan anak yatim dan dhuafa, playgroup, dan SDIT,” kata Azis sambil tersenyum.
Untuk mewujudkan impiannya itu, Azis kini dibantu oleh 22 orang karyawan. Impian Aziz untuk memberdayakan dan membantu kaum dhuafa lewat dana ZISWAF semakin kuat dengan semakin banyaknya donatur yang memercayakan donasinya kepada Peduli Dhuafa.
Impian itu pulalah yang membuat manajemen Peduli Dhuafa tidak mengambil bagian zakat yang 12,5 persen untuk biaya operasional lembaga. “Seluruh ZISWAF yang kami terima, seratus persen, kami salurkan kepada penerima manfaat,” tegas Aziz. Lalu, dari mana sumber gaji 22 orang karyawan dan biaya operasional lembaga?
“Sejak tahun 2007 saya merintis usaha pelayanan makanan siap saji akikah dengan nama Aqiqah Berkah. Dari keuntungan Akikah Berkah-lah uang gaji dan operasional lembaga saya ambil,” kata Aziz lagi. Sejak didirikan, Aqiqah Berkah sampai saat ini setidaknya sudah menerima order tidak kurang dari 1000 ekor kambing. “Alhamdulillah, tiap bulan sekarang kami terima order tidak kurang dari 90 ekor kambing,” tambahnya.
Ke depan, Aziz ingin mengembangkan Badan Wakaf Peduli Dhuafa lebih besar lagi. “Kepercayaan masyarakat semakin besar, pekerjaan rumah kita dalam memberdayakan masyarakat dhuafa juga semakin besar,” pungkasnya