REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN-- Sebanyak 756 warga korban erupsi Merapi diketahui kini menderita gangguan jiwa. Bila tak ditangani segera, dikhawatirkan kondisi mereka akan semakin parah.
Kepala Dinas Kesehatan Slema, Mafilindati Nuraini, mengatakan dari 756 warga tersebut, 52 orang diantaranya sudah masuk kategori mengalami gangguan jiwa berat (psychosocist).
"Mereka yang mengalami gangguan jiwa berat semuanya sudah dirujuk ke RS Ghrasia di Kecamatan Pakem," kata Mafilindati, Rabu (29/12).
Ia menjelaskan warga terkena gangguan jiwa ringan ini terdeteksi dari gejala-gejala yang dideritanya, seperti mengalami kecemasan, psycosomatic, dan depresi. ''Gangguan jiwa ringan juga bisa dilihat dari ciri-cirinya yang mengalami susah makan, susah tidur, atau selalu was-was,'' kata dia.
Menurut dia, gangguan jiwa ini dipicu dengan permasalahan yang dialami warga Merapi, diantaranya, berkaitan dengan kesedihan akibat kehilangan rumah dan harta.
''Kondisi seperti itu tentu bisa membuat mereka putus asa menghadapi kesulitan hidup ke depan yang harus dimulai dari nol lagi,'' tuturnya.
Gangguan jiwa ini, katanya, juga bisa disebabkan karena terlampau lama tinggal di pengungsian.