Rabu 05 Jan 2011 05:59 WIB

BPPTK Tambah Alat Deteksi Banjir Lahar Dingin Merapi

Rep: Yulianingsih/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Balai Penelitian dan Penyelidikan Tehnologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, akan menambah pemasangan alat deteksi banjir lahar dingin di sungai-sungai yang berhulu ke Merapi. Penambahan pemasangan tersebut dilakukan menyusul ancaman banjir lahar dingin yang terus terjadi.

"Ditambah sembilan alat yang kita prioritaskan untuk wilayah Barat, yaitu sungai yang mengarah ke Magelang dan berhulu ke Merapi," terang Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandriyo, Selasa (4/1). Menurutnya, pihaknya juga sudah memasang lima alat deteksi banjir lahar dingin di wilayah Selatan yaitu di sungai-sungai sisi Selatan yang berhulu ke Merapi. Alat-alat tersebut juga akan dilengkapi dengan kamera pemantau sehingga bisa melakukan seteksi secara dini terhadap ancaman banjir lahar dingin.

Melalui peringatan dini tersebut masyarakat yang berpotensi terkena dampak aliran lahar dingin itu paling tidak bisa memiliki kesempatan menyingkir atau menyelamatkan diri minimal 30 menit setelah peringatan dilakukan. "Tetapi jika memang daerah yang ditinggali masyarakat tersebut sering terkena lahar hujan, maka sebaiknya daerah itu tidak ditempati terlebih dulu," terangnya.

Menurutnya, sejumlah sungai di Lereng Merapi yang kerap dialiri lahar dingin adalah Sungai Putih, Pabelan, Senowo, Krasak, Boyong, Kuning dan Opak.Untuk Kali Opak sendiri kata dia, memang selama ini dikenal sebagai sungai mati oleh masyarakat, namun pascaerupsi Merapi 2010, sungai tersebut menjadi aliran lahar dingin. "Aliran lahar dingin mengikuti tempat yang lebih rendah. Dan Kali Opak merupakan salah satu daerah terendah setelah morfologi Merapi berubah pasca erupsi kemarin," tambahnya.

Diakuinya, potensi lahar dingin  material hasil erupsi Gunung Merapi yang sudah mengendap di seluruh sungai berhulu di gunung tersebut masih akan berlangsung dalam waktu lama, bahkan hingga tahun depan. "Material hasil erupsi Gunung Merapi yang kini telah mengendap di sungai-sungai berhulu di gunung tersebut tidak akan habis hanya dalam waktu satu kali musim hujan. Bisa dua hingga tiga kali musim hujan baru habis," tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement