Senin 17 Jan 2011 19:22 WIB

Nasib Pengungsi, Menambang Pasir Hingga Jual VCD Lahar Dingin

Rep: M As\'adi/Budi Rahardjo/ Red: Stevy Maradona
Pengungsi Merapi
Foto: Antara
Pengungsi Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, Letusan besar Gunung Merapi yang terjadi akhir tahun lalu masih menyisakan kesulitan hidup bagi masyarakat yang tinggal di lerengnya. Perekonomian masih belum pulih. Pasar yang menjadi urat nadi kegiatan ekonomi masih ada yang dibiarkan rusak akibat materi vulkanis erupsi Merapi.

Sementara, tanah yang menjadi andalan bercocok tanam kini telah berubah menjadi padang pasir. Ditambah lagi, bencana lahar dingin yang terjadi pekan lalu dan diperkirakan terus berlangsung hingga beberapa bulan ke depan, membuat penderitaan bertambah panjang. Banyak desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang menghadapi situasi sulit seperti itu.

Sebut saja Desa Mantingan, Jumoyo, Sirahan, dan desa Seloboro, yang berada di wilayah Kecamatan Salam. Belum lagi desa-desa lainnya yang terletak di Kecaman Muntilan, Srumbung, Sawangan, dan Mungkid. Sebagian besar desa itu masih lumpuh. Pasar Jumoyo di Kecamatan Salam sampai sekarang tak berfungsi karena tertimbun pasir setinggi dada orang dewasa.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sejumlah pedagang di Pasar Jumoyo terpaksa beralih profesi menjadi pencari batu dan pasir. ''Kami tidak bisa menjalankan roda ekonomi keluarga, satu-satunya cara yang bisa kami lakukan ya mencari batu dan pasir,'' ujar Ani (42 tahun), pedagang di Pasar Jumoyo, akhir pekan lalu.

Di pasar tersebut terdapat sekitar 100 pedagang. Sebagian besar dari mereka, kini menjadi pengais material vulkanis Merapi. Kendati hasilnya kurang mencukupi, lumayan mereka bisa mengantongi penghasilan antara Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu per hari. ''Kami berharap ada bantuan dari pemerintah. Pedagang tidak bisa jualan karena pasar masih belum bersih dari pasir. Lagi pula kami juga takut jika ada banjir lahar dingin lagi,'' pinta Ani.

Lain lagi cara yang digunakan warga Dusun Gempol untuk membuat asap dapur tetap mengebul sekaligus menggalang dana bantuan bagi para pengungsi. Mereka kreatif membuat VCD rekaman banjir lahar dingin yang terjadi Ahad pekan lalu, untuk dijual kepada masyarakat yang berwisata melihat-lihat daerah terpapar bencana Merapi.

''VCD kami tawarkan Rp 20 ribu per keping pada pengunjung yang datang ke sini, hasilnya kami kumpulkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari warga,'' ujar Nasirun (36), petugas Posko Bantuan Bencana Lahar Dingin Merapi di Dusun Gempol.

Nasirun berencana memproduski VCD yang lebih komplit berisi materi seputar banjir lahar dngin. ''Sebenarnya kami ingi mencari sumbangan dengan cara yang lebih baik, tapi hanya ini yang bisa kami lakukan. Kami juga minta sumbangan secara suka rela,'' jelasnya.

Suasana Dusun Gempol, Desa Jumoyo, masih tampak lengang. Dari delapan ribu jiwa yang mengungsi hanya ratusan jiwa yang tinggal di dusun yang tertutup material vulkanis tersebut. Tampaknya, mereka masih enggan beraktifitas. ''Kami masih bingung, bagaimana menyelamatkan barang-barang yang ada di rumah, kami hanya berharap pada bantuan pemerintah,'' kata Waldiyanto, yang rumahnya tertimbun pasir hampir setinggi dua meter.

Warga Desa Sirahan yang menderita sangat parah akibat luapan banjir lahar dingin, saat ini juga sibuk membersihkan rumah-rumah untuk mencari barang-barang berharga yang masih mungkin diselamatkan. Luapan material vulkanis di desa ini rata-rata mencapai ketingian dua hingga tiga meter. Tebalnya timbunan pasir dan bebatuan menyulitkan warga untuk membersihkan rumah.

Puluhan relawan asal Boyolali yang dikoordinir Community Merapi-Merbabu People Action (Compac), ikut membantu warga menyelamatkan barang-barang berharga yang tertimbun. ''Kami ikut membantu mencari barang-barang berharga warga dan memindahkan ke tempat lebih tinggi, karena bahaya banjir lahar masih mengancam tempat ini,’’ kata Rusdi, Ketua Compac.

Barang-barang yang berhasil dikeluarkan, seperti almari, elektronik, mebeler, pakaian, serta alat-alat masak  dikumpulkan jadi satu lalu dengan bantuan Satuan Polisi Pamong Praja setempat diangkut ke tempat yang lebih aman. ''Kendati kami hidup di pengungsian, kami akan terus datang untuk menyelamatkan baran-barang kami. Lami takut tertimbun lebih tinggi kalau banjir besar datang lagi,'' kata Agus Warsidi, warga Dusun Sirahan.

Maryono, Kades Sirahan, mengatakan banyak warganya berupaya menyelamatkan barang-barang yang tertimbun dengan cara merusak atap rumah lantaran pintu dan jendela terhalang timbunan pasir. Warga, ada pula, yang menitipkan barang-barangnya ke sanak keluarga yang tinggal di lain desa. ''Wah, kalau pemulihan ekonomi, belum terpikir,'' ucapnya.

Menurut Muryono, saat ini sekitar 1.900 warga desanya mengungsi di tempat pengungsian akhir (TPA) Tanjung dan Balai Desa Sriwedari. Namun, masih ada sekitar 300 warga bertahan di daerah bencana, terutama pemuda.

Upaya pemulihan ekonomi warga di wilayah bencana yang dilakukan pemerintah memang belum berjalan. Untuk pemulihan perekonomian para petani misalnya, sampai saat ini masih dalam tahap pendataan. Diperkirakan, usaha mengembalikan fungsi lahan bakal menemui kesulitan mengingat tebalnya lapisan pasir dan debu vulkanis.

Berdasarkan data sementara yang tercatat di Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan (Dispertanbunhut) Kabupaten Magelang, kerusakan lahan pertanian siap panen akibat terjangan lahar dingin di Kecamatan Salam saja, cukup luas. Kerusakan meliputi lahan padi seluas 56 hektare, cabai 2,5 hektare, kacang panjang 4,5 hektare, pohon kelapa 600 batang lebih, dan 620 pohon rambutan.

''Data tersebut baru terbatas di Kecamatan Salam yang berupa tanaman tidak bisa dipanen, belum lagi sawah yang hilang tergerus banjir dan berubah jadi sungai baru dan hilang tertimbun pasir,'' jelas Kepala Dispertanbunhut Kabupaten Magelang, Wijayanti.

Lantaran tertimbun material vulkanis, Wijayanti mengakui, secara teknis sulit mencari solusi tepat untuk mengatasinya. Dia menganggap bantuan sarana produksi kepada petani akan sia-sia. Apalagi, ahli cuaca dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan banjir lahar dingin bisa terus terjadi sampai bulan Maret.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement