REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN - Surono, pegawai negeri sipil (PNS) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman, sedang mengikuti upacara rutin tanggal 17 pada Kamis (17/2) pagi tadi. Namun, Surono tiba-tiba jatuh dan kerasukan arwah juru kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan.
Surono, yang merupakan juru foto Pemerintah Kabupaten Sleman, mengaku sebagai Mbah Maridjan atau Ki Surakso Hargo juru kunci Gunung Merapi. "Upacara ini rutin diselenggarakan tiap tanggal 17 dan diikuti seluruh PNS di lingkungan Pemkab Sleman," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kabupaten Sleman, Kriswanto.
Surono saat itu sedang mengabadikan jalannya upacara. Namun, dia tiba-tiba terjatuh. Tubuhnya kemudian meronta-ronta. Bahkan, Surono membenturkan diri ke pohon.
"Upacara baru saja berlangsung sehingga para peserta kaget. Agar tidak mengganggu jalannya upacara, Surono langsung dibawa ke "Ops Room" yang berada di seberang lapangan," kata Kriswanto.
Di ruang "Ops Room", Surono bertindak aneh. Dia seperti bicara dengan suara yang mirip dengan mantan juru kunci Gunung Merapi. Surono juga mengaku bernama Mbah Maridjan.
"Yang lebih mengagetkan lagi, Surono juga bertingkah aneh dan mengaku sebagai Mbah Maridjan. Suaranya juga sangat mirip," jelas Kriswanto.
Diantar ke Kinahrejo
Surono yang mengaku sebagai Mbah Maridjan itu pun meminta agar diantarkan ke Kinahrejo. Jika tidak ada yang mau mengantar, maka ia ingin berjalan sendiri.
"Surono minta diantar ke Kinahrejo dan mau jalan kaki. Supaya tidak terjadi sesuatu, maka kami turuti dan diantar ke sana sesuai permintaannya," katanya.
Surono yang tengah kesurupan itu pun akhirnya diantar ke Kinahrejo dengan menggunakan dua mobil. Satu di antaranya mobil ambulans.
Surono akhirnya tersadar begitu sampai di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan. Dusun yang merupakan tempat tinggal Mbah Maridjan sebelum terkena erupsi Gunung Merapi.
Saat tiba di Kinahrejo, Surono langsung menuju masjid Al-Amin yang terletak di sebelah barat rumah Mbah Maridjan. Di tempat tersebut, Surono kemudian meronta, berteriak dan akhirnya sadarkan diri.
"Iki opo? (ini apa?). Aku kenopo iki? (aku kenapa ini?). Aku neng ndi? (aku di mana ini?)," kata Surono seusai sadarkan diri.
Surono kemudian diberi air putih dan dipapah kembali ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit.
Kerabat almarhum Mbah Maridjan, Singgih, mengaku kejadian ini bisa ditafsirkan sebagai peringatan. Yakni, "mengirim" ke kuburan Mbah Maridjan. "Makanya, malam Jumat Legi besok, saya akan 'ngirim' atau nyekar ke makam Mbah Maridjan di Dusun Srunen, Desa Glagaharjo, Cangkringan," katanya.