Rabu 23 Mar 2011 12:03 WIB

Proyek Tol Semarang-Ungaran Bukan Daerah Patahan, Tapi Rawan Longsor

ilustrasi
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Jasa Marga (Persero) Tbk membantah keras bahwa kawasan Semarang-Ungaran yang kini dilalui Proyek Tol Semarang-Solo seksi 1 sebagai daerah patahan. "Kawasan itu bukan

daerah patahan. Silahkan cek datanya ke Geologi. Jika daerah rawan longsor memang benar," kata Direktur Pengembangan Usaha, PT Jasa Marga Tbk, Abdul Hadi di Jakarta, Rabu (23/3).

Penegasan itu disampaikan terkait pernyataan sejumlah akademisi bahwa daerah tersebut sebenarnya masuk zona merah karena daerah patahan sehingga secara alami tidak layak untuk proyek seperti jalan tol. Pernyataan akademisi tersebut dipicu setelah ambles dan retaknya Tol Semarang-Ungaran seksi satu sepanjang 200 meter (km 05+500 hingga km 05+700), sesaat setelah selesai dikerjakan pada 27 Februari 2011 atau molor dari target pertengahan tahun lalu.

Menurut Abdul Hadi, rute jalan tol tersebut ditetapkan oleh pemerintah dan merupakan opsi yang layak dari sisi teknis, sosial, lingkungan maupun finansial. Data penyelidikan tanah pada tahap perencanaan, lanjut Hadi, secara teknis kontruksi timbunannya pada derah tersebut hanya timbunan biasa dengan ketinggian hingga 25 meter tanpa perkuatan khusus.

"Untuk itu, pada tahap konstruksi di kawasan itu sesuai saran ahli geoteknik dan pengalaman di tol Cipularang, dipasanglah 'borepile' (tiang beton bertulang) pada titik tertentu untuk penahan longsor," katanya.

Senada dengan Hadi, Kepada Divisi Teknik Jasa Marga, Edy Bambang S menyebut, langkah penanganan saat ini adalah mengurangi beban timbunan dengan menggali atau menurunkan permukaan tanah. Pada kawasan itu dikenal sebagai daerah dengan lempung keras (clay shale) dan jika terkena air lalu melembek dan cenderung tergelincir sehingga tak bisa disebut sebagai daerah patahan.

"Untuk itu, kita pasang sumuran setiap jarak 25 meter dan mengalirkan air dari sendang di sisi barat timbunan dengan drainase di bawah timbunan (subdrain)," katanya. Tidak hanya itu, pihaknya telah memasang alat pendeteksi getaran tanah (inclinometer) di kawasan itu.

Edy yang juga Komisaris PT Trans Marga Jateng (TMJ), anak usaha PT Jasa Marga, selaku pelaksana proyek tol Semarang-Solo ini menyatakan, apa yang terjadi di kawasan itu adalah lazim terjadi dalam pekerjaan pembuatan jalan. "Apa yang terjadi di Semarang-Ungaran seksi 1 ini tidak ada apa-apanya dibanding problem Cipularang," katanya.

Namun, keduanya enggan merinci berapa total anggaran untuk melakukan penanganan tersebut. "Yang jelas, kejadian ini tak berpengaruh pada kelayakan finansial dan ekonomi proyek itu. Rate of Return-nya tetap terjaga," kata Hadi.

Dia juga memastikan pihaknya telah mengantisipasi dana kontijensi sekitar 5-10 persen dari nilai proyek sehingga sama sekali tak menggangu yang bersumber dari APBN. Proyeksi investasi tol Semarang-Solo sepanjang 72 km sekitar Rp 7-8 triliun dan untuk seksi satu Semarang-Ungaran sepanjang 3-4 km sekitar Rp 400 miliar.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement