REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Agenda rutin tahunan dzikir nasional yang digelar Harian Republika menjadi tren alternatif memperingati pergantian tahun baru di sejumlah daerah. Menurut Direktur Pemberitaan Republika Group, Ikhwanul Kiram Mashuri, acara yang murni digagas oleh Republika tersebut didasarkan pada upaya mencari alternatif bentuk perayaan malam tahun baru dengan kegiatan yang lebih bermanfaat."
Alhamdulillah, apa yang diawali Republika mendapat respons baik dari masyarakat, sejak tahun belakangan di berbagai tempat di masjid-masjid hal serupa dilakukan karena memang belum pernah ada," kata dia kepada Republika di Jakarta, Selasa (28/12)
Kiram mengemukakan, alasan mengapa dipilih momen pergantian tahun baru masehi dan bukan hijiriyah tak lain karena tradisi yang berlaku di masyarakat yaitu pergantian tahun baru masehi dari dulu hingga kini selalu diisi dengan hal-hal yang dinilai kurang bermanfaat seperti, konvoi dengan meniup terompet di jalan, perkantoran, hotel, ataupun pesta kembang api yang menghambur-hamburkan uang."Padahal bukankah sebenarnya pergantian tahun itu umur berkurang, mestinya diperingati dengan hal-hal positif antara laindengan dzikir," ungkap dia.
Karena itu, lanjut Kiram, dzikir nasional kesembilan yang akan diadakan pada Jumat, (31/12) diselenggarakan dengan sekala lebih besar dibandingkan tahun-tahun lalu. Sekitar 60 ribu jamaah dari berbagai wilayah di Jabodetabek dan sejumlah wilayah seperti Bandung dan Lampung diprediksi akan menghadiri even akhir tahun ini untuk bergabung melaksanakan dzikir dan bermuhasabah.
Lebih lanjut, Kiram menyampaikan tema yang diangkat dalam dzikir nasional berbeda dari tahun ke tahun sesuai dengan kondisi yang tengah dihadapi bangsa. Kali ini, dzikir nasional mengusung tema "Solidaritas Untuk Bangsaku". Tak lain karena tahun 2010 Indonesia banyak ditimpa musibah mulai dari gempa, gunung melatus, dan banjir bandang.
Dia berharap, dengan momen dzikir nasional diharapkan pergantian tahun diisi dengan kebajikan selama setahun ke depan dan tahun-tahun berikutnya. "Dengan demikian kehidupan akan dijalani dengan hal baik pula, sehingga memberikan berkah untuk semua dan hari esok lebih baik dari hari ini,"kata dia.
Wasekjen MUI, Tengku Zulkarnain, mengajak umat Islam untuk menjadikan akhir tahun sebagai momen intropeksi dan evaluasi diri. Sebab, penghujung tahun adalah momen tepat untuk mengoreksi dan memperbaiki kesalahan.
Apalagi berbagai macam bencana yang terus melanda Tanah Air sejak tahun 2004 sampai sekarang diyakini tidak lagi sebagai ujian tetapi sudah merupakan adzab dari Allah."Kenapa bencana tidak berhenti-henti ini bukan ujian, ujian kok tiap hari, tapi adzab agar umat kembali kepada Allah karena banyak maksiat dari pejabat hingga gembel sudah jahat,"kata dia.
Tengku yang juga Wakil Ketua Majelis Fatwa Mathla'ul Anwar ini mengatakan upaya tersebut mesti dimulai dengan dzikir mengagungkan asma-asma Allah. Tetapi mesti dilanjutkan dengan mengejewantahkan nilai luhur di balik asma tersebut ke dalam sikap dan perilaku sehari-hari. "Besar harapan dzikir akan menyadarkan umat akan eksistensi sebagai makhluk lemah yang hidup erdengan kasih sayang Allah sehingga akan terus menaati perintah dan menjauhi larangannya," kata dia.