REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Saat ini di seluruh dunia, sekitar 150 juta orang menderita penyakit depresi atau tekanan jiwa. Penyakit tersebut tampaknya kurang membahayakan nyawa ketimbang penyakit demam berdarah, misalnya.
Seperti yang dikatakan Peter Piot, Direktur Pusat Studi Kesehatan dan Kesehatan Kawasan Tropis, penyakit kejiwaan adalah penyakit yang paling diremehkan. Selain itu, penyakit tersebut dicap buruk dalam semua masyarakat.
Padahal, katanya, penyakit psikis merupakan penyebab utama penyakit lain. Tapi penyakit psikis tidak ditangani dengan prioritas. "Di banyak negara, satu-satunya solusi bagi pasien penyakit jiwa adalah mengucilkannya. Padahal sebenarnya penyakit psikis bisa ditangani. Kita bisa menangani depresi, kita bisa menangani skizofrenia," ujarnya.
Sama seperti penyakit jasmani, penyakit jiwa juga bisa dicegah. Perhimpunan Psikiater Jerman menyebutkan, untuk mengurangi dampak penyakit kejiwaan adalah olahraga secara teratur. Tubuh manusia yang berolahraga secara teratur akan memproduksi hormon endorphin atau hormon kebahagiaan. Dengan begitu, suasana hati orang yang menderita depresi atau stres bisa diperbaiki.
Olahraga yang membantu mengurangi atau mencegah penyakit kejiwaan depresi dan stress adalah olahraga ketahanan, seperti berlari, berenang, dan jalan kaki.
Selain perbaikan suasana hati, dengan berolahraga, orang akan lebih tahan stress dan juga kepercayaan dirinya meningkat. Tidak hanya pasien gangguan kejiwaan yang disarankan untuk berolahraga, tapi juga orang-orang sehat yang ingin terhindar dari penyakit tersebut.
Artinya, harus menjaga terus supaya terus menjalani gaya hidup lebih sehat. Yang terakhir, hal tersebut menyangkut perubahan sikap. Namun perubahan sikap merupakan hal yang sulit dijangkau dan menyentuh masalah keseimbangan. Kompromi dengan pihak lain, sangat dibutuhkan.