REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Setiap orang pasti pernah didera rasa panik. Ketik dalam kondisi panik, logika seseorang sering kali mampet. Alih-alih berpikir jernih yang muncul adalah sugesti dan prasanka. Mereka yang sudah terjebak sugesti tentu sulit untuk menyelesaikan masalah.
Tapi jangan khawatir. Peneliti AS berhasil menemukan cara yang ampuh untuk menghilangkan rasa panik dan khawatir. Caranya cukup mudah yakni menulis.
Peneliti percaya menulis dapat membersihkan pikiran dan memungkinkan pikiran terfokus pada kegiatan menulis. Teknik ini memiliki manfaat yang cukup kuat. Faktanya, 20 persen siswa yang mengikuti teknik ini sebelum ujian mendapatkan nilai yang cukup baik.
"Orang-orang di zaman sekarang terjebak dalam situasi penuh tekanan dan mereka khawatir tentang hal itu berikut konsekuensinya," kata Profesor Sian Beilock, peneliti University of Chicago seperti dikutip Telegraph, pekan lalu. Beilock juga mengatakan situasi penuh tekanan dapat menghabiskan bagian dari kekuatan pemrosesan otak yang dikenal sebagai memori kerja.
Dia menjelaskan memori kerja adalah bagian kecil dari otak yang bersarang di korteks prefrontal. Memori ini memungkinkan seorang "bekerja" dengan informasi yang relevan. "Tetapi memori ini juga bisa diisi dengan kegelisahan - sehingga kehilangan kekuatan otak," kata dia.
Untuk menguji teori ini, peneliti merekrut 20 mahasiswa dan memberi mereka dua tes matematika. Pada tes pertama, siswa diberi penugasan yang didesain membuat siswa mampu memberikan hasil terbai.
Lalu, pada tes kedua, peneliti menciptakan situasi tegang dengan mengatakan siswa yang memiliki kinerja yang baik akan menerima uang. Siswa juga diberitahu bahwa pekerjaan mereka akan direkam dan diawasi guru.
Setengah dari siswa diharuskan menulis ekspresif tentang perasaan mereka terkait tes selama 10 menit. Sisanya disuruh duduk dan diam. Hasilnya, kelompok menulis memperoleh nilai lebih baik daripada kelompok diam. "Mereka yang menulis memperoleh nilai 5 persen lebih baik daripada tes pertama. Sementara kelompok kedua justru turun 12 persen dari tes awal," ungkapnya.
Prof Beilock menjelaskan menulis tentang kekhawatiran selama 10 menit sebelum ujian yang akan datang membuat kestabilan pikiran sedemikian rupa sehingga para siswa yang biasanya menghadapi kecemasan selama ujian mampu mengatasi ketakutan sehingga mampu menunjukan potensi terbaik," kata Beilock.
Dia menambahkan ada kemungkinan teknik ini dapat dikembangkan untuk membantu individu menghadapi berbagai situasi penuh tekanan seperti presentasi kerja untuk klien, berpidato atau wawancara kerja.