REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini alat kontrasepsi pria yang paling dipercaya adalah kondom. Menurut Food and Drugs Administration (badan yang mengatur makanan dan obat-obatan) AS, jenis alkon (alat kontrasepsi) ini memiliki kegagalan rata-rata 14 persen dalam kondisi tertentu. Sementara itu, rata-rata tingkat kegagalan pil KB wanita kurang dari satu persen.
Kondom merupakan alkon yang efektif dan murah. Beberapa studi memperlihatkan efektivitasnya dalam mencegah infeksi HIV. Kondom juga membantu menurunkan risiko terjadinya kanker leher rahim pada perempuan. Ada studi yang menemukan virus Human Papillomavirus (HPV) bisa menyebabkan kanker leher rahim pada pria yang tak menggunakan kondom.
Banyak bukti yang mendukung efektivitas kondom dalam menunda kehamilan dan pencegahan penularan PMS. Sayang, di Indonesia penggunaan kondom masih rendah. Vasektomi biasanya akan menjadi pilihan terakhir pria untuk ber-KB. Dengan demikian, rendahnya penggunaan kondom dan pilihan vasektomi memperlihatkan bahwa memang perempuan lah yang menjadi andalan dalam melakukan KB.
Sebenarnya ada pilihan lain bagi pria untuk menerapkan alkon. Suntik dan pil bisa menjadi alternatif yang lain. Namun, memang ada sejumlah penelitian untuk mencari pil kontrasepsi pria gagal karena efek samping alkon ini, seperti impoten dan imfertilitas permanen. Vasektomi dapat dipakai, tetapi sulit untuk diganti.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kontrasepsi pria yang dilakukan dengan injeksi dinilai 99 persen efektif. Ini merupakan langkah revolusioner di bidang pembatasan kelahiran. Sebelumnya kontrasepsi pria dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif seperti terganggunya frekuensi hubungan seks dan menimbulkan kelainan kulit.