REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki dua musim sehingga paparan sinar mataharinya cukup banyak dibandingkan negara lain dengan empat musim. Namun sinar matahari yang berlebih ini sekaligus bisa menjadi bumerang bagi kesehatan mata masyarakatnya, salah satunya ialah pemicu katarak.
Wakil Direktur Pemasaran dan Pengembangan Klinik Mata Sehati Gideon Hartono, Senin (17/3), mengatakan Indonesia sampai saat ini merupakan negara dengan jumlah penderita buta katarak tertinggi kedua di Asia Tenggara, yakni mencapai 1,5 persen atau 2 juta jiwa.
Setiap tahunnya di Indonesia bertambah 240 ribu orang yang terancam mengalami kebutaan. Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan menunjukkan penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah penyakit katarak (0,78 persen), disusul penyakit glaukoma (0,12 persen), kelainan refraksi (0,14 persen), dan penyakit lain terkait usia lanjut (0,38 persen).
Selain terlalu seringnya terkena sinar matahari, faktor nutrisi yang kurang juga menjadi penyebab katarak. Penyakit diabetes pun ikut menyumbang terhadap tingginya jumlah penderita katarak.
Meskipun katarak cenderung diderita oleh penduduk lanjut usia, beberapa kasus bisa juga menimpa kelompok muda. Bahkan ada pula kasus katarak pada bayi. Umumnya katarak pada bayi disebabkan oleh gabungan empat penyakit infeksi yang biasa dikenal dengan TORCH (Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus/CMV dan Herpes simplex). Infeksi TORCH menyerang ibu hamil, dan bisa ditularkan kepada janinnya.
Lebih lanjut Gideon mengatakan dalam rangka soft opening Klinik Mata Sehati bekerjasama dengan Hi-Lab Diagnostic Center akan mengadakan seminar awam gratis pada 22 Maret dan 6 April dengan beberapa tema, yaitu : Operasi Katarak Tanpa Jahitan (dr. Kurnia Rosyida, Sp.M), Tampil Cantik Bersama Dokter Mata (dr. Purjanto Tepo Utomo, Sp.M), Tips Cantik dan Sehat dengan Kaca mata dan Lensa Kontak (dr. Sagung Gede Indrawati, Sp.M) dan Komplikasi Diabetes Mellitus pada Mata (dr. Marlyna Afifudin, Sp.M).