REPUBLIKA.CO.ID, Tiap tanggal 24 Maret, dunia memperingati Hari Tuberkulosis. Tahun 2013 lalu, Kementerian Kesehatan RI mencatat angka insiden tuberkulosis (TB) adalah sebanyak 185 dari 100 ribu penduduk. Indonesia sebetulnya sudah mencapai kemajuan dalam penurunan angka mortalitas TB, yakni 49 persen dari 53 per 100 ribu penduduk. Akan tetapi, selagi penyakit ini belum terenyahkan, akan ada saja orang yang saluran pernapasannya terinfeksi mikobakterium tuberkulosis.
Terkena TB, orang akan mengalami demam. Terkadang, penderitanya juga merasa menggigil atau berkeringat pada malam hari. Nafsu makan dan berat badannya menurun selama beberapa bulan terakhir. Penderita pun akan mengeluh lekas lelah.
Orang yang mengalami gejala seperti itu sebaiknya memeriksakan diri ke dokter. Gejala tersebut lazim dijumpai pada kasus TB. Kecurigaan yang mengarah pada TB akan semakin besar jika penderita juga mengalami batuk berdahak yang berlangsung lama sekitar dua sampai tiiga pekan. “Penderita TB pun kerap merasakan nyeri dada dan batuk darah (hemoptysis),” papar Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Arifin Nawas.
Basil tuberkulosis menular melalui udara. Misalnya, sewaktu pasien batuk, bersin, meludah atau berbicara. Kuman keluar melalui percikan da haknya lalu terhirup oleh orang sekitarnya. TB tidak menular lewat transfusi darah, air susu ibu, dan alat makan serta minum yang telah dicuci.
Umumnya TB menyerang paru, tapi juga dapat menyerang organ lainnya, seperti sawar otak, tulang, dan ginjal. “Penyakit ini bisa menyerang semua organ kecuali gigi dan rambut dan karena itu TB disebut penyakit multisistem,” ungkap Arifin.
Seseorang bisa tertular TB apabila ia melakukan kontak dengan penderita TB. Namun, tidak semua orang yang kontak dengan penderita TB tertular. Hanya sekitar 10 sampai 30 persennya yang mungkin terinfeksi.
Mereka yang sudah terinfeksi pun hanya 10 persennya yang menderita TB aktif. “Orang dengan TB aktif artinya dia terinfeksi TB, tubuhnya sakit, dan dapat menularkan ke orang lain,” papar Arifin.
Mereka yang sudah kena TB aktif, ada yang berobat dan ada yang tidak. Bagi yang berobat, ada peluang sembuh, tapi juga bisa saja meninggal dunia. Sementara yang tidak berobat, ada kemungkinan bertahan, tapi juga berisiko meninggal dalam waktu dua tahun.
Selebihnya yakni 90 persen, menderita TB laten. Ini berarti mereka terinfeksi TB, tapi basil tetap dalam tubuh dalam keadaan tidak aktif serta tidak menimbulkan gejala. Pada keadaan tertentu, basil dapat menjadi aktif.
Lalu, siapa saja yang dapat tertular TB? Menurut Arifin, prioritas tertinggi evaluasi kontak adalah orang dengan gejala yang mendukung ke arah tu berkulosis. TB dapat menyerang siapa saja, kemungkinannya menjadi lebih besar apabila terjadi kontak penderita TB dengan anak di bawah lima tahun, kontak dengan pasien yang menderita imunokompromais (sistem imun yang menurun), khususnya infeksi HIV dan kontak dengan pasien TB multi-drug resistant (TB MDR).
“Pasien TB MDR adalah pasien yang sudah mengalami kekebalan terhadap obat antituberkulosis (OAT) yang sangat poten rifampisin dan isoniazid,” urai Arifin.