REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Monosoduium glutamat atau dikenal dengan istilah MSG sering dipersalahkan sebagai zat yang berbahaya bagi tubuh. Tak heran jika banyak orang yang kemudian menghindari untuk mencampurkan MSG dari makanan yang dimasaknya.
Padahal menurut Senior Brand Manager Royco, Asep Haekal, MSG adalah turunan dari garam yang tidak berbahaya. Secara alami MSG terkandung dalam bahan makanan seperti ikan, tomat, dan bahkan air susu ibu (ASI).
"Secara medis tidak ada satupun dokter yang mengatakan MSG berbahaya untuk kesehatan," kata Asep di Jakarta, Selasa (7/4).
Asep menuturkan mitos MSG bermula dari istilah Chinese Restaurant Syndrome. Saat itu, seorang dokter di Amerika makan di restoran Cina. Setelah makan sang dokter mengalami mual, pusing, dan muntah-muntah. Tanpa observasi lebih lanjut, dokter ini kemudian menuduh MSG sebagai penyebabnya. Makanan Cina sendiri diketahui saat ini adalah makanan yang banyak menggunakan MSG.
Dalam dunia masak, MSG digunakan sebagai penyedap rasa. Sifat garamnya digunakan untuk mengikat rasa dari bumbu-bumbu yang ada dalam masakan.
"Perlu diketahui, MSG tidak menimbulkan penyakit apapun seperti pusing atau mual. Ini pula alasan BPOM tidak melarang produk MSG. Kebanyakan MSG jadi haus, ya, karena garam yang mengikat menyebabkan absorbed water jadi haus," katanya.
Sementara Royco sendiri diakui Asep diciptakan dalam ayam asli yang diekstrak. Bahan utama ini kemudian dicampur dengan garam dan rempah-rempah. Kandungan MSG-nya ada hanya sebanyak dua persen.