REPUBLIKA.CO.ID, SIERA LEONE -- Untuk pertama kalinya, Ebola kembali ditemukan di mata pasien setelah virus tersebut dinyatakan hilang dari tubuhnya, Jumat (7/5). Penemuan ini sekaligus menambah kembali kasus ebola di Afrika Barat.
Dilansir dari Associates Press, diketahui Ebola telah menginfeksi lebih dari 26.000 Afrika Barat sejak Desember 2013. Beberapa korban mengeluhkan terjadi gangguan di mata mereka. Namun, mereka tidak bisa mendeteksi seberapa sering gangguan terjadi.
Sementara itu, Dr Ian Crozier, seorang dokter Amerika yang didiagnosis Ebola pada bulan September saat bekerja dengan WHO di Sierra Leone, dinyatakan telah selamat dari virus tersebut. Ia pernah membuat penelitian tentang tekanan darah pada penderita ebola yang bisa mempengaruhi pembengkakan pada mata.
Uji coba lain dilakukan oleh Dr. Steven Yeh dengan mengeringkan beberapa cairan yang terinfeksi virus ebola. Hasilnya, kesehatan mata korban ebola harus dipantau secara berkala.
Sebelumnya, pada Kamis (6/5), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan bahwa jumlah temuan kasus Ebola di Guinea dan Sierra Leone turun total dalam kurun waktu setengah tahun ini. Sementara itu, Liberia telah mencatat 4.700 kematian akibat ebola hingga pertengahan tahun ini. Negara itu belum menetapkan ebola sebagai wabah negara hingga ditemukan kasus ebola yang baru.