Senin 05 Oct 2015 12:32 WIB

Perubahan Gaya Hidup Bantu Hindari Risiko Penyakit Kardiovaskular

Rep: C04/ Red: Indira Rezkisari
Pasien penderita stroke saat dirawat di sebuah rumah sakit.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra/ca
Pasien penderita stroke saat dirawat di sebuah rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi stroke meningkat dari 8,3 per 1.000 penduduk tahun 2007, menjadi 12,1 per 1.000 penduduk pada tahun 2013. Prevalensi penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke terlihat meningkat seiring peningkatan umur. Prevalensi stroke merata juga dialami oleh pria maupun wanita.

Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI)  DR. Dr. Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FESC, FACC, mengungkapkan bahwa penyakit kardiovaskular bukan hanya dialami oleh masyarakat di kota besar saja. Namun, penyakit ini merata dialami oleh masyarakat hingga kota kecil di banyak daerah.

"Perlu langkah global untuk mengatasi hal tersebut melalui upaya-upaya untuk menyadarkan masyarakat dunia agar senantiasa mau menjaga kesehatan kardiovaskular," ungkap Anwar, dalam acara World Heart Day, beberapa waktu lalu.

Untuk itu, lanjut Anwar PERKI gencar mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memastikan lingkungan tempat tinggal mereka adalah lingkungan yang kondusif dan baik bagi jantung. Ini dikarenakan setiap orang berhak memilih untuk hidup di lingkungan sehat.

"Jantung adalah organ yang penting untuk tubuh karena berfungsi untuk menyuplai darah ke seluruh tubuh. Namun seringkali pola dan kebiasaan buruk dan pola makan yang tidak sehat mempengaruhi kesehatan jantung secara negatif," imbuhnya.

Oleh sebab itu, Anwar menganjurkan kepada masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat agar jantung dapat terawat fungsinya. Selain itu, kombinasi makanan sehat dan aktif berolahraga dapat menciptakan jantung sehat dan terhindar dari masalah penyakit jantung koroner.

"Perubahan gaya hidup sekecil apapun dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang dan mengurangi risiko serangan jantung hingga 50 persen," jelas Anwar.

Dalam banyak kasus kelainan jantung baru terdeteksi saat terjadi serangan jantung. Padahal, menurut Anwar penyakit jantung dapat di deteksi sejak dini dengan cara rutin memeriksakan tekanan darahnya.

"Tidak hanya itu, deteksi sejak dini juga dapat menurunkan biaya pengobatan yang dibutuhkan untuk mencegah serangan jantung dan stroke. Orang dewasa disarankan untuk memeriksa tekanan darahnya, agar apabila terjadi masalah dapat segera ditangani," lanjutnya.

Ketika memeriksakan tekanan darah, dapat diukur dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah digital. Jika terdeteksi mengalami hipertensi, maka selanjutnya pasien perlu memeriksakan dirinya ke dokter ahli penyakit dalam untuk lebih lanjut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement