REPUBLIKA.CO.ID, Dokter yang juga seorang Chiropractor, Dr Tinah Tan, mengatakan terapi chiropractic aman dimanfaatkan sebagai pengobatan. Sebab ia juga menggunakannya terhadap keluarganya. Salah satu alasannya mengambil ilmu pengobatan tersebut karena ingin membantu keluarganya.
Chiropractic bisa digunakan untuk siapa saja, baik anak maupun orang tua. Pada anak-anak chiropractic bisa untuk mengatasi kasus-kasus iritablity baby syndrome, biasanya karena proses kelahiran, bayi sungsang, tulang belakangnya ada stress levelnya, skoliosis atau tulang belakang tidak lurus, bisa juga untuk tumbuh kembang anak.
Sedangkan pada orang tua, chiropractic bisa digunakan untuk mengatasi sakit pinggang, migrain, dan berbagai penyakit lainnya. Bagaimana dengan sakit leher yang dikeluhkan Allysa, yang diduga menjadi korban chiropractic? Apakah tepat penggunaan terapinya?
Ia tidak bisa mengomentari hal ini. Sebab, dia harus melihat terlebih dahulu kasusnya dan melakukan pemeriksaan lengkap. Sayangnya yang disebutkan media tidak dipaparkan secara jelas.
Bagi dokter Tinah, chiropractor ini bisa menjadi primary healthcare. Sebelum mendapatkan terapinya, namun harus ada pemeriksaan terlebih dahulu. “Tidak semua kasus bisa dilakukan chiropractic,” ujarnya. Apa saja kasusnya? Misalnya kasus patah tulang, atau pasien dengan hipertensi.
(baca: Orang Tua Korban Chiropractic Pasrahkan Kasusnya ke Polisi)
Ia juga mengungkapkan bahwa pedoman tata laksana chiropractic atau prosedur pemeriksaan chiropractic itu tertulis, bukan cuma tekuk sana-sini. Chiropractic itu juga bukan hanya lima sampai 10 menit saja seperti informasi yang beredar saat ini. Mereka hanya melihat sepenggal saja. Namun, faktanya untuk terapi chiropractic membutuhkan waktu minimal 40 menit bagi pasien baru. Sedangkan pasien lama sekitar 20 menit.
Dalam kasus Allya kabarnya hanya dilakukan terapi selama lima sampai 10 menit, selesai. Padahal chiropractic bukan seperti itu. Harus ada analisa dan pemeriksaan.
Chiropractic tekniknya beragam bukan hanya membunyikan sendi. Ada sekitar 100 lebih teknik. Seorang dokter akan memilih teknik yang sesuai dengan kasus pasien. “Tidak selalu ada bunyi. Apalagi kalau ada pengapuran atau penuaan sendi, tidak akan ada bunyi,” ujarnya.