REPUBLIKA.CO.ID, Mengonsumsi nasi dengan lauk mi ataupun kentang, menyajikan kopi dan teh dengan gula, hingga mengonsumsi camilan yang mengandung tepung seperti gorengan merupakan hal umum dilakukan sebagian masyarakat Indonesiaa. Pola makan yang sangat bergantung pada karbohidrat ini ternyata dapat memicu timbulnya carbohydrate addiction atau kecanduan karbohidrat.
Konsumsi karbohidrat berlebih oleh masyarakat Indonesia ini 'mengantar' Indonesia menjadi negara ke-10 dengan jumlah orang obesitas terbanyak menurut Riskesdas 2010. Tak hanya obesitas, pola makan tidak sehat ini juga dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke hingga diabetes.
Untuk menghadapi adiksi terhadap karbohidrat ini, Unilever Indonesia mengungkapkan lima siasat yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Berikut ini ialah kelima siasat tersebut seperti disampaikan oleh bariartic phisician Dr Grace Judio-Kahl Msc.
Body Scanning (Refleksi Diri)
Ketika keinginan untuk makan timbul, seseorang perlu menanyakan diri sendiri apakah keinginan tersebut timbul akibat lapar dari perut karena tubuh membutuhkan energi dan nutrisi ataukah hanya sekedar 'lapar mata'. Karena tak jarang, rasa lapar timbul akibat dorongan dari otak, hidung mulut ataupun mata. Jika keinginan untuk makan yang timbul bukan dari perut, maka sebaiknya keinginan makan tersebut ditekan dengan melakukan kegiatan lain.
Makan dengan Porsi dan Nutrisi Seimbang
Kompisisi gizi seimbang dalam makanan bisa didapatkan melalui karbohidrat kompleks, protein, lemak vitamin dan mineral. Dalam satu piring, 50 persennya harus terdiri dari sayur dan buah yang mengandung banyak vitamin dan terdiri atas beragam jenis warna. Sebanyak 25 persen lainnya terdiri dari protein yang bisa berasal dari ikan, ayam dan kacang-kacangan dan 25 persen sisanya terdiri dari karbohidrat kompleks. Proporsi makan seimbang ini juga perlu diimbangi oleh konsumsi delapan gelas air putih per hari serta pembatasan gula garam dan lemak.