REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dr Irsan Hasan SpPD-KGEH mengingatkan agar mewaspadai penyakit perlemakan hati atau penumpukan lemak di organ hati pada orang bertubuh gemuk yang berpotensi memicu berbagai penyakit lainnya.
"Perlemakan hati salah satu sindrom metabolik. Sindrom kumpulan berbagai kelainan seperti diabetes, hipertensi, asam urat, kolesterol, dan salah satunya perlemakan hati. Biasanya, faktor risikonya terjadi pada orang dengan berat badan lebih," kata Irsan di Jakarta, Rabu (27/7).
Irsan memaparkan perlemakan hati bisa terjadi karena pola makan yang tidak seimbang dengan asupan yang lebih banyak mengandung lemak tinggi dan karbohidrat, serta konsumsi alkohol berlebih. Selain asupan makanan, perlemakan hati juga kerap disebabkan dari pola hidup yang tidak sehat dengan sedikit aktivitas fisik.
"Penelitian dari Korea menyebutkan orang Indonesia merupakan yang paling sedikit jalan kakinya. Orang yang banyak duduk, banyak menderita perlemakan hati, karena menimbun lemak di tubuhnya. Makanya sering disebut penyakit orang makmur," kata Irsan.
Dia menjelaskan dulunya penyakit perlemakan hati dianggap sebagai penyakit orang-orang di negara maju. Namun faktanya penyakit tersebut juga banyak ditemukan di negara berkembang.
Irsan menyebutkan hasil penelitiannya yang dilakukan pada 1.000 orang dengan usia di atas 25 tahun di Kecamatan Sukmajaya Kota Depok Jawa Barat yang menunjukkan 30 persennya mengalami perlemakan hati. Selain pada orang gemuk, penyakit perlemakan hati juga kerap diasosiasikan pada orang penderita diabetes.
"Di RSCM, orang-orang diabetes yang berobat, separuhnya mengalami perlemakan hati," kata Irsan yang juga merupakan dokter spesialis penyakit dalam di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Perlemakan hati merupakan salah satu faktor penyebab penyakit hepatitis yang tidak ditularkan melalui virus.
Irsan menyebutkan proyeksi di masa mendatang yang memperkirakan adanya perubahan faktor penyebab hepatitis yang saat ini lebih banyak disebabkan oleh virus menjadi lebih banyak disebabkan oleh perlemakan hati.
Prediksi tersebut didasarkan pada pengembangan vaksin dan obat untuk membunuh virus hepatitis, khususnya untuk hepatitis C yang sudah ada obatnya, dan perubahan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat.