Jumat 29 Nov 2019 03:33 WIB

Dampak Jangka Pendek-Jangka Panjang Anak Kekurangan Serat

Kekurangan serat dapat mendatangkan dampak jangka pendek maupun panjang pada anak.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Asupan serat. Ada dampak jangka pendek dan jangka panjang yang dialami anak ketika kekurangan serat.
Foto: sheknows.com
Asupan serat. Ada dampak jangka pendek dan jangka panjang yang dialami anak ketika kekurangan serat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekurangan asupan serat dapat mempengaruhi beragam aspek mulai dari kesehatan fisik hingga kemampuan kognitif anak. Dalam jangka pendek, salah satu tanda yang paling mudah terlihat adalah masalah konstipasi atau sembelit.

Bagaimana dengan dampak jangka panjangnya? Kekurangan asupan serat dapat memicu timbulnya masalah kesehatan yang lebih serius di kemudian hari, seperti kanker usus besar, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus tipe 2, hingga obesitas.

Baca Juga

Kekurangan asupan serat juga dapat mempengaruhi suasana hati (mood) dan membuat orang menjadi lebih mudah marah. Kekurangan asupan serat juga dinilai berkaitan dengan kecemasan, kesulitan fokus, hingga kemampuan kognitif yang lebih lambat.

"Dikatakan, usus itu kan otak kedua kita, karena banyak sel saraf, bisa 100 juta sel saraf ada di usus kita. Dia bisa mengirim sinyal ke otak," jelas konsultan gastrohepatologi anak, Dr Frieda Handayani SpA(K).

Berdasarkan beberapa penelitian, asupan makanan yang sehat dan proporsional dengan pemenuhan serat yang baik dapat memperbaiki keluhan-keluhan ini. Dengan asupan serat yang lebih baik, suasana hati anak bisa menjadi lebih baik, anak akan merasa lebih bahagia dan tenang sehingga dapat diajak berkomunikasi dengan lebih baik.

"Ada perbaikan juga dari segi kognitif," unkap Frieda.

Memperkenalkan makanan berserat

Orang tua sebaiknya memperkenalkan anak kepada serat sedini mungkin, mulai dari masa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Pada saat MPASI, asupan yang lebih ditekankan memang protein. Akan tetapi, serat juga perlu mulai diperkenalkan kepada anak dalam bentuk buah dan sayur.

* Usia 7-12 bulan

Frieda mengatakan, di usia ini, anak hanya membutuhkan asupan serat sekitar 7-10 gram per hari. Kebutuhan serat pada masa ini tidak terlalu banyak karena ukuran lambung anak yang masih relatif kecil dan saluran pencernaan anak belum benar-benar sempurna untuk mencerna serat. Menjauhkan asupan serat pada usia ini dapat memunculkan keluhan konstipasi pada anak.

"Serat tetap harus diberikan (pada usia 7-12 bulan) tapi jumlahnya harus hati-hati," jelas Frieda.

1 tahun ke atas

Pada usia di satu tahun ke atas, asupan serat yang dibutuhkan anak akan menjadi lebih tinggi. Ketika anak berusia 1-3 tahun, orang tua sudah bisa memperkenalkan lebih banyak serat dalam bentuk buah, sayur, hingga gandum.

Ada banyak sumber serat yang bisa diperkenalkan kepada anak, termasuk serat soluble dan insoluble. Serat soluble mampu menyerap air dan membentuk gel di dalam saluran pencernaan. Contohnya, kacang polong, oat, jeruk, apel, aprikot, wortel, bawang, dan pisang.

Serat insoluble tidak dapat dicerna secara utuh di dalam tubuh. Ia masih akan memiliki bentuk yang utuh ketika masuk ke dalam usus besar. Di susu besar inilah serat insoluble baru bisa dipecah, dibantu dengan fermentasi oleh bakteri baik usus.

Serat insoluble dapat mendorong terjadinya pola buang air besar yang lebih baik. Sumbernya ditemukan pada biji-bijian, kulit buah-buahan, beras merah, gandum utuh, brokoli, sayuran hijau, dan bawang.

Orang tua perlu  memperkenalkan serat dengan cara yang menarik dan disukai anak-anak. Ayah dan ibu tidak boleh memaksa atau memarahi anak ketika anak menolak mengonsumsi serat.

Frieda menyemangati orang tua agar tidak putus asa untuk terus mencoba di hari berikutnya. Berdasarkan teori, perlu waktu hingga 15 hari sampai anak bisa terbiasa untuk makan sesuatu yang baru. Ketika anak akhirnya mau menyantap serat dari buah hingga sayur, orang tua juga sebaiknya tidak lupa untuk memberikan pujian.

"Misal anak tidak suka brokoli, jangan besoknya dikasih bayam. Coba terus (memberikan brokoli) sampai 10-15 hari berturut-turut dalam jumlah kecil," jelas Frieda.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement